Minggu, 15 Mei 2016
Panduan pakai Gadget dalam Mendidik Anak
Cerdas Menyikapi Kemajuan Teknologi dalam Mendidik Anak
Teknologi esensinya adalah untuk mempermudah manusia untuk berbuat kemanfaatan dan kebaikan.
28 February 2014 Beri Komentar Keluarga, Tumbuh Kembang Anak
mendidik anak menyikapi teknologiTidak bisa dipungkiri, dunia semakin digital. Semua serba berbau teknologi. Hal ini pun berdampak pada anak. Anak zaman sekarang sangat dekat dengan teknologi sehingga mau tidak mau membuat orang tua harus mengubah pola mendidik anak. Tidak bisa dengan cara konvensional lagi. Orang tua pun harus mau akrab dengan teknologi.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa hadirnya sesuatu yang baru dan menjadi tren, selain membawa pengaruh positif, tetapi selalu ikut bersamanya yakni potensi pengaruh negatif. Ya, potensi pengaruh negatif. Mengapa potensi? Karena semua tergantung penggunaannya. Untuk itulah, tugas orang tua untuk meredam potensi buruk yang mungkin berdampak pada anak.
Orang tua harus cerdas dalam menyikapi kemajuan teknologi ini. Jika sampai salah langkah, maka potensi pengaruh negatif tadi sangat mungkin didapat anak-anak kita. Lalu, bagaimana cara cerdas menyikapi kemajuan teknologi dalam mendidik anak? Berikut beberapa tipsnya:
Jangan sembarang membelikan gadget untuk anak. Pastikan tujuannya jika Anda hendak membelikan sebuah gadget kepada anak. Jangan dengan alasan agar bisa berkomunikasi dengan mudah dengan anak karena saking sibuknya orang tua, menjadikan kita membelikan Smartphone terbaru. Jika tujuannya hanya untuk mudah berkomunikasi, belikan saja ponsel yang tidak terlalu canggih agar hanya bisa sebatas untuk komunikasi.
Pastikan jika pun Anda terpaksa membelikannya sebuah gadget yang dilengkapi fasilitas internet, Anda harus membuat peraturan. Buatlah peraturan jam penggunaan agar dia tidak kecanduan. Misalnya sehari hanya boleh memakai dari jam 4-5 sore saja. Jika terpaksa lagi sulit melakukannya, periksalah setiap hari isi gadget yang digunakan anak. Hal ini tentunya menuntut orang tua untuk melek teknologi dan tidak gaptek.
Jika di rumah Anda ada fasilitas internet, letakkanlah di ruang terbuka, misal ruang keluarga. Hal ini dilakukan agar Anda bisa mengontrol aktivitas anak Anda dengan komputer dan internetnya. Bila perlu, seperti poin sebelumnya, berlakukanlah pembatasan jam pakai. Namun, perlu pula ajak anak Anda untuk berselencar bersama di dunia maya. Ajak anak untuk melihat situs-situs yang bermanfaat sehingga kita sama dengan mengarahkan anak untuk menggunakan internet hanya untuk hal yang bermanfaat saja.
Jika harus pergi ke internet, pastikan dia harus didampingi anggota keluarga, jangan sampai dia pergi bersama teman-temannya apalagi sendirian tanpa ada pendampingan. Walaupun kita percaya pada anak kita, namun sungguh, mencegah itu jauh lebih baik.
Pastikan bahwa anak tetap sering melakukan aktivitas fisik. Jangan sampai aktivitas di depan gadget mendominasi hari-harinya. Masa anak-anak adalah masa untuk bergerak secara fisik motorik. Jika jarang digunakan untuk aktivitas fisik, maka akan terjadi gangguan perkembangan pada anak.
Jika anak Anda sudah masuk usia remaja, buatlah komunikasi yang baik. Selengkapnya, silakan baca tulisan selanjutnya.
Teknologi esensinya adalah untuk mempermudah manusia untuk berbuat kemanfaatan dan kebaikan. Alangkah salahnya jika justru tujuan yang baik itu dipergunakan tidak sesuai tujuannya. Orang tua yang cerdas, ialah orang tua yang memahami perkembangan zaman ini. Terus belajar, adalah kunci mendidik anak. Semoga bermanfaat.
Rabu, 11 Mei 2016
CINDERELLA
Cinderela
Di sebuah rumah, hiduplah seorang anak yang sangat cantik dan baik hati. Dia diberi nama Cinderela oleh kedua kakak tirinya. Kakak tiri Cindera itu sangat tidak suka dengan Cinderela. Tiap hari Cinderela selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dari kedua kakak dan ibu trinya. Dia selalu disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah dan selalu dibentak-bentak.
Hingga pada suatu hari, datanglah pegawai kerajaan ke rumah mereka. Pegawai kerajaan teresebut ternyata membawa undangan pesta dari sang raja. Kedua kakak dan ibu tiri Cinderala bersorak kegirangan. “Horeeee….. besok kita akan pergi ke Istana. Aku akan berdandan secantik mungkin, agar pangeran suka denganku”, teriak kedua kakak Cinderela. Mendengar teriakan kakak-kakaknya tersebut, lalu Cinderela meminta ijin pada ibu tirinya untuk ikut dalam pesta tersebut. Cinderela sangat sedih, karena ibu tiri dan kakak-kakak tirinya tidak mengijinkan dia ikut dalam acara itu. “Kamu mau pakai baju apa Cinderela? Apa kamu mau ke pesta dengan baju kumalmu itu?”, teriak kakaknya.
Akhirnya waktu pelaksanaan pesta sudah tiba, semuanya sudah berdandan dengan cantik dan sudah siap berangkat. Cinderela hanya bias memandangi kakak dan ibu tirinya. Dia sangat sedih sekali,karena tidak dapat ikut dalam pesta itu. Dia hanya bisa menangis di dalam kamar dan membayangkan meriahnya pesta tersebut. “Andaikan aku bisa ikut dalam pesta itu, pasti aku akan senang sekali”, gumam Cindera. Tidak berapa lama setelah Cinderela berkata, tiba-tiba ada suara dari belakangnya. “Janganlah engkau menangis Cinderela”. Mendengar suara itu, lalu Cinderela berbalik. Ternyata dia melihat ada seorang peri yang sedang tersenyum padanya. “Kamu pasti bisa dating ke pesta itu Cinderela”, kata peri itu. “Bagaimana caranya? Aku tidak punya baju pesta dan saudara-saudaraku juga sudah berangkat.”, tanya Cinderela pada peri itu.
“Tenanglah Cinderela, bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal kepadaku", kata peri itu. Setelah semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Cinderela pun disulap menjadi Putri yang sangat cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah dan sepatu kaca.
"Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam, jadi lamu harus pulang sebelum pukul dua belas”,kata peri itu. "Ya ibu peri. Terimakasih", jawab Cinderela. Setelah semuanya sudah siap, kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantik sekali putri itu! Putri dari negara mana ya ?" Tanya mereka.
Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan saya ?" katanya. "Ya…," kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak menyangka kalau putrid yang cantik itu adalah Cinderela. Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini," kata sang Pangeran.
Karena terlalu senag dan menikmati pesta itu, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. "Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,". Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana. Di tengah jalan, Cinderela terjatuh dan sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. "Aku akan mencarimu," katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderela kembali menjadi gadis yang penuh berpakaian tidak bagus lagi, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.
Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela. "Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi marah," tidak akan cocok dengan anak ini!". Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira. "Iya akulah wanita yang dicari pangeran”,kata Cinderela. “Selamat Cinderela!” Mendengar kata itu, Cinderela lalu menoleh kebelakang, dan dilihatnya ibu peri sudah berada di belakangnya. "Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran di istana. Sim salabim!.," katanya peri tersebut.
Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang Putri yang memakai gaun yang sangat bagus. "Pengaruh sihir ini tidak akan hilang sampai kapanpun Cinderela”, kata sang peri. Cinderela kemudian dibawa oleh pengawal istana untuk bertemu dengan sang pangeran. Sesampainya di Istana, Pangeran sangat senang sekali,dan menyambut kedatangan Cinderela. Akhirnya Cinderela menikah dengan Pangeran dan hidup berbahagia di dalam Istana.
Dongeng "Cinderela" ini diceritakan kembali oleh kak Ghulam Pramudiana
EMAS DAN BATU
Berkat kerja keras dan selalu menabung, petani itu akhirnya kaya raya. Karena tak ingin tetangganya tahu mengenai kekayaannya, seluruh tabungannya dibelikan emas dan dikuburnya emas itu di sebuah lubang di belakang rumahnya. Seminggu sekali digalinya lubang itu, dikeluarkan emasnya, dan diciuminya dengan penuh kebanggaan. Setelah puas, ia kembali mengubur emasnya.
Pada suatu hari, seorang penjahat melihat perbuatan petani itu. Malam harinya, penjahat itu mencuri seluruh emas si petani.
Esok harinya petani itu menangis meraung-raung sehingga seluruh tetangga mengetahui apa yang terjadi. Tak seorang tetangga pun tahu siapa yang mencuri emasnya. Jangankan soal pencurian, tentang lubang berisi emas itu saja mereka baru tahu hari itu. Kalau tidak ada pencurian, tak ada yang tahu bahwa petani itu memiliki emas yang dikubur di belakang rumahnya. Sebagian orang ikut bersedih atas pencurian itu, sebagian yang lain mengejek dan menganggap petani itu bodoh.
“Salah sendiri menyimpan emas di rumah. Mengapa tidak dijual saja dan uangnya dipakai untuk membangun rumah. Biar rumahnya lebih bagus, tidak reot seperti sekarang. Itulah ganjaran orang kikir. Kalau dimintai sumbangan, selalu saja jawabannya tidak punya. Sekarang, rasakan sendiri!”
Tetapi tak seorang pun yang berani terus terang mengejek atau mengumpat petani yang ditimpa kemalangan itu. Semua ejekan dan umpatan hanya diucapkan di antara sesama mereka saja, tidak di hadapan si petani. Hanya seorang lelaki tua miskin yang berani bersikap jujur kepada petani itu. Lelaki tua itu tinggal tak jauh dari rumah si petani.
“Sudahlah, begini saja. Di lubang bekas emas itu kuburkanlah sebongkah batu atau apa saja dan berlakulah seperti sebelum kau kecurian.”
Mendengar itu, si petani marah.
“Apa maksudmu? Kau mengejekku, ya? Yang hilang itu emas, bukan batu. Kau sungguh tetangga yang jahat. Kau memang orang miskin yang cuma bisa mengubur batu. Aku bisa mengubur emas atau apa saja semauku. Kini aku kehilangan emas dan kau enak saja menyuruhku mengubur batu. Kau pikir batu sama dengan emas?!”
Suasana pun gaduh. Orang-orang melerai.
Dengan tenang lelaki tua itu menjawab:
“Apa bedanya emas dan batu? Kalau kau bisa mengubur emas, seharusnya kau juga bisa mengubur batu. Tahukah kau, dengan mengubur emas berarti kau telah menjadikan logam mulia itu sebagai barang yang tidak berharga. Lalu, apa salahnya kau mengubur batu dan berkhayal yang kau kubur itu adalah emas.”
(Diceritakan kembali oleh: Prih Suharto. Sumber: Sketches for a Portrait of Vietnamese Culture)
prih_suharto @ yahoo . com
RAJAWALI YANG CERDIK
Di Suatu hari yang panas seekor rajawali sangat haus dan ingin minum. Sungai amat jauh dan sangat melelahkan jika terbang ke sana untuk minum. Ia tidak melihat kolam air di mana pun. Ia terbang berputar-putar. Akhirnya ia melihat sebuah buyung di luar rumah. Rajawali terbang turun ke buyung itu. Di sana ada sedikit air di dasar buyung. Rajawali memasukkan kepalanya ke dalam buyung tetapi ia tidak menggapai air itu. Ia memanjat ke atas buyung. Ia memasukkan lagi kepalanya ke dalam buyung tetapi paruhnya tidak bisa mencapai air itu.
Kemudian ia mencari akal.
Rajawali itu terbang tinggi dan kemudian turun menuju ke buyung untuk memecahkannya dengan paruhnya tetapi buyung itu amat kuat. Ia tidak dapat memecahkannya. Rajawali itu keluar terbang kearah buyung kemudian ia menabrakkan sayapnya. Ia mencoba memecahkannya, agar airnya akan keluar membasahi lantai. Tetapi buyung itu amat kuat. Rajawali itu amat letih bila harus terbang lebih jauh lagi. Ia berpikir ia akan mati kehausan.
Rajawali itu duduk termenung di sarangnya. Ia berpikir terus menerus Ia tidak mau mati karena kehausan. Ia melihat banyak batu-batu kecil di tanah. Ia mendapatkan ide. Ia mengambil batu itu dan memasukkannya ke dalam buyung. Ia memasukkan dan memasukkan terus. Air itu naik lebih tinggi setiap kali batu jatuh ke dalam buyung. Buyung itu hampir penuh dengan batu. Air telah naik sampai ke permukaan. Rajawali yang pintar itu memasukkan paruhnya dan ia mendapatkan air. Pepatah mengatakan bahwa “ Jika ada kemauan pasti ada jalan. “ Rajawali itu telah membuktikannya.
Petani yang Baik Hati
Di suatu desa, hiduplah seorang petani yang sudah tua. Petani ini hidup seorang diri dan sangat miskin, pakaiannya penuh dengan tambalan dan rumahnya terbuat dari gubuk kayu. Musim dingin sudah tiba, Pak Petani tidak punya makanan , juga tidak mempunyai kayu bakar untuk menghangatkan diri, jadi hari ini Pak Petani hendak pergi ke pasar untuk mencari pekerjaan. Ketika keluar dari rumah, dilihatnya ada sebutir telur tergeletak diatas tanah bersalju.
Dengan hati-hati dipungutnya telur tersebut dan dibawanya ke dalam rumah. Pak Petani menyelimuti telur itu dengan kain lusuh dan meletakkannya di dalam kardus agar tetap hangat. Setelah itu dia pergi ke pasar untuk bekerja.
Pak Petani membuat telur itu menjadi hangat setiap hari sampai telur itu menetas. Ternyata telur itu adalah telur Burung Camar, mungkin induknya menjatuhkannya ketika hendak pindah ke tempat yang lebih hangat. Pak Petani merawat Burung Camar kecil itu dengan penuh kasih sayang. Dia selalu membagi setiap makanan yang diperolehnya dari bekerja di pasar. Ketika harus meninggalkan Burung Camar itu sendirian, Pak Petani akan meletakkannya di dalam kardus dan menyalakan perapian agar Burung Camar tetap hangat.
Hari-hari berlalu, Burung camar kecil tumbuh semakin besar. Pak Petani sadar, Burung Camar ini tidak selamanya akan tinggal bersama dirinya. Dengan berlinang air mata, Pak Petani melepaskan Burung Camar itu agar pergi ke selatan, ke tempat yang hangat.
Suatu hari, Pak Petani terbaring sakit karena kedinginan, dia tidak punya uang untuk membeli obat, kayu bakar dan makanan.
Tok…tok…..tok……., terdengar suara dari pintu rumah Pak Petani.
Ternyata Burung Camar itu kembali, diparuhnya terdapat benih tanaman.
Pak Petani heran Burung Camar itu masih mengingatnya, dibiarkannya Burung Camar itu masuk dan memberinya minum. Sambil memandang benih yang dibawa oleh burung Camar, Pak Petani bertanya-tanya… benih apakah ini ? dapatkah aku menanamnya di tengah musim dingin ini ? tanyanya dalam hati.
Burung Camar keluar dari rumah Pak Petani, membuat lubang di halaman rumah Pak Petani lalu menanam benih itu . Ketika hari menjelang senja Burung Camar itu pergi meninggalkan Pak Petani.
Esok harinya, keajaiban terjadi, benih yang ditanam Burung Camar tumbuh menjadi Pohon lengkap dengan buahnya hanya dalam sehari !!!! Pak Petani sangat terkejut melihatnya.
Karena lapar, Pak Petani memakan buah pohon itu. Ajaib, tubuhnya menjadi kuat dan dia tidak merasa sakit. Karena Keajaibannya, Pak Petani menamakan Pohon itu Pohon Dewa, karena buahnya dapat membuat Pak Petani menjadi sehat kembali.
Pak Petani merawat pohon itu dengan baik. Meskipun musim dingin, pohon itu terus berbuah dan tidak menjadi kering. Pak Petani menjual buah itu dan mendapatkan banyak uang.
Sekarang Pak Petani tidak lagi kedinginan dan kelaparan. Meskipun demikian , Pak Petani tetap murah hati, dia ingat bahwa apa yang diterimanya sekarang adalah buah dari ketulusannya menolong sesama makhluk hidup.
Betty Veve [mami_veve10 @yahoo.com]
ASAL MULA RUMAH SIPUT
Dahulu kala, siput tidak membawa rumahnya kemana-mana… Pertama kali siput tinggal di sarang burung yang sudah ditinggalkan induk burung di atas pohon .
Malam terasa hangat dan siang terasa sejuk karena daun-daun pohon merintangi sinar matahari yang jatuh tepat ke sarang tempat siput tinggal. Tetapi ketika musim Hujan datang, daun-daun itu tidak bisa lagi menghalangi air hujan yang jatuh,.. siput menjadi basah dan kedinginan terkena air hujan.
Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang pohon, Jika hari panas, siput terlindung dengan baik, bahkan jika hujan turun, siput tidak akan basah dan kedinginan. Sepertinya aku menemukan rumah yang cocok untukku, gumam siput dalam hati.
Tetapi di suatu hari yang cerah, datanglah burung pelatuk ,, tok..tok…tok…burung pelatuk terus mematuk batang pohon tempat rumah siput, siput menjadi terganggu dan tidak bisa tidur,
Dengan hati jengkel, siput turun dari lubang batang pohon dan mencari tempat tinggal selanjutnya. Siput menemukan sebuah lubang di tanah, kelihatannya hangat jika malam datang, pikir siput. Siput membersihkan lubang tersebut dan memutuskan untuk tinggal di dalamnya, tetapi ketika malam datang, tikus-tikus datang menggali dari segala arah merusak rumah siput. Apa mau dikata, siput pergi meninggalkan lubang itu untuk mencari rumah baru….
Siput berjalan terus sampai di tepi pantai penuh dengan batu karang. Sela-sela batu karang dapat menjadi rumahku !!! siput bersorak senang, aku bisa berlindung dari panas matahari dan hujan, tidak aka nada burung pelatuk yang akan mematuk batu karang ini, dan tikus-tikus tidak akan mampu menggali lubang menembus ke batu ini.
Siput pun dapat beristirahat dengan tenang, tetapi ketika air laut pasang dan naik sampai ke atas batu karang, siput ikut tersapu bersama dengan ombak. Sekali lagi siput harus pergi mencari rumah baru. Ketika berjalan meninggalkan pantai, siput menemukan sebuah cangkang kosong, bentuknya cantik dan sangat ringan….
Karena lelah dan kedinginan, Siput masuk ke dalam cangkang itu , merasa hangat dan nyaman lalu tidur bergelung di dalamnya.
Ketika pagi datang, Siput menyadari telah menemukan rumah yang terbaik baginya. Cangkang ini sangat cocok untuknya. Aku tidak perlu lagi cepat-cepat pulang jika hujan turun, aku tidak akan kepanasan lagi, tidak ada yang akan menggangguku, …. aku akan membawa rumah ini bersamaku ke manapun aku pergi.
Selasa, 10 Mei 2016
KIAT AGAR ANAK DISIPLIN
Kompak dengan pasangan dalam mendisiplin anak penting karena anak harus tahu aturan yang ditetapkan oleh orang tuanya. Kelak, disiplin yang diajarkan di rumah akan menjadi jembatan untuk bisa mengikuti disiplin di sekolah.
Aturan mendisiplin sederhana saja: jelas, sederhana dan yang terpenting konsisten dengan aturan yang dibuat. Semakin Anda dan pasangan konsisten dengan batasan, akan lebih mudah bagi anak untuk tetap berada dalam batasan.
Tapi, menyatukan dua pandangan tidak selalu mudah. Padahal bila anak dibesarkan dengan orang tua dengan gaya mendisiplin yang berbeda, anak akan memiliki masalah perilaku. Bila bunda mengatur dengan tangan besi sementara ayah masa bodoh, akan membuat anak jadi bingung.
Menurut Jane Nelsen dalam buku “Positive Discipline”, kunci sukses kompak dengan pasangan dalam mendisiplin anak adalah dengan menghindari agar tidak terjebak saling adu kekuatan dengan pasangan. Anda dan pasangan perlu bicara dari hati ke hati untuk menyamakan visi dalam mendisiplin anak.
1. Tanyakan pada pasangan, bagaimana dulu dia dibesarkan karena
biasanya gaya pengasuhan berulang. Kita mengambil banyak nilai yang ditanamkan oleh orang tua kita dulu. Mencari tahu latar belakang bagaimana dulu dia dibesarkan oleh orang tuanya, bisa memberi gambaran bagaimana gaya pengasuhan yang dianut pasangan. Tanyakan pasangan, mengapa dia memilih gaya disiplin tersebut. Dengarkan penjelasannya tanpa diinterupsi. Tanyakan pada diri sendiri apakah ada hal-hal yang Anda tidak setujui dari gaya pasangan dalam mendisiplin anak.
2. Tidak ada perasaan terpendam. Bila ada cara pendisiplin yang tidak
Anda setujui jangan diam saja, utarakan perasaan Anda. Sebaiknya setiap sebulan sekali Anda dan pasangan duduk bersama membahas masalah ini. Tuliskan beberapa hal yang mengganjal. Ini kesempatan Anda untuk jujur. Anda berdua juga harus saling mendengarkan dan menghargai pendapat masing-masing. Tujuannya bukan untuk menguasai, tapi Anda dan pasangan bisa mendapatkan peraturan dimana Anda berdua bisa merasa nyaman menerapkannya.
3. Terima sedikit perbedaan. Mustahil berharap pasangan akan punya
pandangan yang sama persisi dalam mendisiplinkan anak. Begitu pula, dia juga tidak akan selalu mengikuti semua keinginan Anda. Namun dengan mempertahakan sedikit individualitas Anda, termasuk saat mendisiplinkan anak, berarti Anda mendidik kecerdasan emosional anak. Anak belajar dari apa yang dia harapkan dari satu orang dewasa lawan orang dewasa lainnya. Ini adalah hal yang baik.
4. Tidak di depan anak. Ketika Anda dan pasangan mulai membicarakan
strategi mendisiplin anak, pilih tempat tenang, dimana Anda hanya berdua saja dengan pasangan. Tidak hanya suasana yang tenang, Anda berdua juga harus membicarakan aturan disiplin anak dengan kepala dingin. Misalnya malam hari saat anak sudah tidur. Awalnya memang akan banyak perbedaan yang membuat Anda harus adu argumentasi dengan pasangan.
5. Terus eksplorasi. Ada berbagai pilihan dalam mendisiplin anak,
seimbangkan antara pro dan kontra. Kembangkan satu set peraturan dan konsekuensi yang disetujui bersama. Namun, Anda harus siap untuk menyesuaikannya lagi atau bahkan mengubah seluruh aturan tersebut bila dalam jangka waktu tertentu ternyata tidak berjalan dengan baik. Memang Anda dan pasangan harus terbuka untuk kompromi.
6. Selalu satu kata di depan anak, jangan tunjukkan ketidaksetujuan di
depannya. Anak melihat Anda sebagai orang yang memberi keamanan dan cinta dalam hidup mereka. Bila anak melihat kedua orang tuanya beradu pendapat, terutama tentang dirinya, bisa menggoyahkan pemahamannya. Anak bisa marah atau ketakutan dan merasa menjadi penyebab pertengkaran orang tuanya. Ini bisa menyebabkan kepercayaan dan kesadaran dirinya berkurang.
AGAR SUKA MATEMATIKA
Rumus? Angka? Hitung menghitung? Pusing 7 keliling? Itu wajar jika kalian mempelajari Matematika. Lha wong saya sendiri juga pernah mengalaminya betapa sulit mempelajari Matematika apalagi saat pelajaran itu ada di kelas setiap hari senin,jumat. Saya lebih baik tidak sekolah ketimbang nanti disuruh maju ke depan kelas lalu disuruh mengerjakan soal. Sungguh membetekan saat itu menjadi siswa!
Cekidot!!!!
Namun hal itu kelama-lamaan hal itu tidak baik saya lakukan. Hingga akhirnya saya pun menyadari kekeliruan itu. Bahwa jika hal itu saya akan lakukan tidak ada gunanya saya bersekolah. Dan sadarlah saya atas kekeliruan itu. Saya akhirnya bisa menikmati pelajaran Matematika itu. Saya lakukan itu dengan memaksakan diri saya untuk bisa mencintai Matematika. Tentunya bukan hanya diri saya saja tapi juga atas pertolongan dari teman-teman sekelas saat saya masih berstatus siswa saat itu. Mereka sangat membantu saya pula untuk mencintai Matematika sampai saat lulus sekolah. Sungguh sangat mengharukan bagi saya saat-saat itu.
Tapi, tidak semudah itu saya langsung untuk mencintai Matematika apalagi saat di bangku putih biru. Tapi saya perlu adaptasi dan juga mengetahui seluk beluk mencintai Matematika dengan trik dan tips untuk memudahkan saya mencintai Matematika. Mau tahu trik dan tips yang saya lakukan? Cekidot! Ini tip dan triknya. Semoga berguna dan bermanfaat.
1. Tulislah rumus Matematika yang paling dasar yang kita ketahui.
Ini yang saya lakukan jika pelajaran Matematika berlangsung, lebih tepatnya saat guru Matematika menerangkan di depan kelas. Saya langsung menuliskannya di secarik kertas atau di buku kecil. Saya tulis rumus Matematika yang paling mudah yang saya tulis. Itu saya lakukan agar tidak repot-dan mudah diingat.
2. Jangan dihafal tapi dipraktekan!
Lagi-lagi itu yang saya ketahui! Karena selama ini yang membuat saya keliru adalah cara saya mempelajari Matematika. Yakni, dengan cara menghafal, padahal hal itu tidaklah selamanya membantu. Tapi malah sebaliknya terkadang akan mudah lupa ketimbang dipraktekan. Maka jika ada pelajaran Matematikan saya langsung mempraktekannya di rumah setelah saya mencatat rumus Matematika setelah saya mengetahui dari guru Matematika saat menerangkan di depan kelas.
3. Jangan bilang kata SUSAH sebelum mengetahuinya lebih dahulu dasar rumusnya!
Ini lagi-lagi yang membuat semua sebagai seorang siswa khususnya-dan pada umumnya saya. Sebelum saya mencintai dan menyukai Matematika saya sudah menjudge-nya bahwa Matematika itu pelajaran yang paling susah sedunia! Hingga akhirnya saya beberapa kali bolos alias madol sekolah saat pelajaran Matematika tiba. Namun itu tidak lama saya lakukan. Karena itu akan membuat saya akan tidak suka selamanya dan menganggap Matematika itu susah jika belum dikeahui dasar rumusnya. Hingga akhirnya saya mencoba untuk mencintai dan menyukainya walau awalnya saya pertama kali tidak menerimnya. Tapi lama-kelamaan saya pun akhirnya malah terpicut juga oleh Matematika keika saya mengetahui dasarnya. Ternyata Matematika tidak sesulit dan sesusah pemikaran saya saat menjadi siswa.
4. Jangan malu bertanya jika memang tidak tahu!
Malu bertanya tidak akan tahu selamanya. Itu yang membuat saya bergerak untuk selalu bertanya jika saya tidak tahu rumus apa yang sedang diterangkan oleh guru Matematika di kelas. Walau saya pertama kali lagi-lagi enggan dan sungkan untuk menanyakan hal remeh saat itu yang saya kira. Namun saya rasakan ternyata itu bukan hal remeh namun itu harus saya tanyakan. Karena jika tidak dilakukan saya tidak tahu selamanya. Ya walau kenyataannya saya memang orangnya malas bertanya dan cuek hingga saya membuang sikap saya itu. Hingga saya memberanikan diri beranya kepada guru Matematikan saat pelajarannya berlangsung.Akhirnya sedikit demi sedikit saya akhiranya bisa saya ketahui.
5. Buatlah belajar kelompok kepada yang lebih pintar Matematika
Gengsi. Begitu ketika saya mengikuti belajar kelompok oleh teman-teman sekelas saat diadakan kelompok belajar khususnya pelajaran Matematika. Apalagi jika ada Pekerjaan Rumah (PR) yang mengharuskan harus berkelompok. Mau tidak mau saya pun harus memaruhi ketimbang saya tidak dapat nilai pelajaran itu Namun keika saya lakukan beberapa kesempatan ternyata teman-teman saya saat itu ternyata peduli sesama temannya khususnya saya saat itu. Terlebih yang tidak bisa atau kurang paham dengan Matematika khususnya rumusnya untuk memecahkan soal secara logika. Saya pun lama kelama-lamaan merasakan hal itu. Ternyata dengan adanya belajar kelompok selain bisa menjalin kerja sama juga menjalin persaudaraan sesama teman sekelas. Sungguh menakjubkan! Itu yang saya rasakan saat-saat menjadi siswa. Betapa menyenangkan!
Nah Kawan masihkah kita tidak menyukai dan berkata Matematika itu susah? Walau saya dulu pernah merasakan hal itu tetapi sekarang saya tidak merasakan hal itu kembali. Karena apa? Karena setelah saya tahu tip dan triknya untuk mengetahui serta bagaimana menaklukan pelajaran matematika di sekolah tanpa pusing 7 keliling tapi dengan mudah dan menyenangkan akhirnya saya begitu mendalami Matematika. Bagiamana dengan kamu, Kawan? Mau mengikuti tip dan trik saya ini. Atau, Kawan punya tip dan triks sendiri? Slakan saja! Asal Kawan bisa menyukai dan senang dengan mata pelajaran ini. Semoga.^^ FIGHTING!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
- See more at: http://catatananaksekolah13.blogspot.co.id/2013/02/tips-mencintai-matematika.html#sthash.eilGXb7F.dpuf
Senin, 09 Mei 2016
ATASI ANAK SUKA BOHONG
Cara Menangani Anak yang Suka Berbohong
Semua orang berbohong – tetapi itu tidak menjadikannya benar. Kita ingin mengajarkan anak-anak kita untuk menjadi jujur. Memahami mengapa anak-anak kita berbohong dapat menjadi kunci untuk membantu mereka mengatasinya.
Semua orang berbohong.
Saya pernah memberitahu suami saya, dengan tatapan penuh kejujuran, bahwa tidak, saya tidak mendapat smsnya yang meminta saya mengerjakan sesuatu untuknya. Dan dia juga pernah memberitahu saya bahwa tentu saja celana jeans saya tidak membuat saya terlihat gemuk.
Dari orang yang paling taqwa sampai orang yang paling bejat, kita semua berbohong. Bahkan StatisticBrain.com mengatakan bahwa 60 persen orang-orang berbohong setidaknya sekali dalam percakapan 10 menit. Kita berbohong untuk menyelamatkan diri, untuk menghindari konfrontasi, untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, dan terkadang hanya untuk bersikap baik.
Jadi, tidak mengagetkan jika anak-anak kita juga berbohong. Lagi pula, mereka belajar itu dari kita.
Tentu saja, itu tidak berarti berbohong dapat diterima. Sebagai orang tua, kita ingin mengajarkan anak-anak kita untuk menjadi jujur. Bagaimana kita dapat melakukannya padahal berbohong tampak tidak dapat dihindarkan?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah memperhatikan diri sendiri. Perhatikan ketika Anda tergoda untuk berbohong. Berusahalah untuk menemukan keberanian moral untuk menjadi lebih jujur. Jika Anda kedapatan berbohong di depan anak Anda, minta maaf. Biarkan dia tahu mengapa Anda berbohong, dan beritahu dia bahwa itu adalah sesuatu yang sedang Anda berusaha untuk hilangkan.
Selanjutnya, memahami mengapa anak Anda berbohong dapat membantu Anda tahu cara menanganinya. Ada beberapa jenis berbohong.
Si pengkhayal
Si pengkhayal punya imajinasi nyata dan punya bakat untuk menjadi pendongeng hebat. Dia terkadang berpikir ceritanya akan menjadi sedikit lebih baik jika dia membuatnya seolah-olah nyata.
Tentu saja, Anda tidak ingin mematikan imajinasinya. Jadilah antusias tentang cerita-ceritanya, dan berikan pujian kepadanya atas imajinasinya dan kemampuan mendongengnya yang luar biasa. Dengan lembut beritahu dia bahwa Anda tahu ada yang dia lebih-lebihkan, dan itu tidak apa-apa. Biarkan dia tahu bahwa dia punya bakat hebat dalam menceritakan “cerita imajinasi” dan doronglah dia untuk terus berbagi dengan Anda. Dia mungkin akan merasa agak malu karena kedapatan berbohong, tetapi jangan mempermalukannya.
Si penghindar
Si penghindar benci konfrontasi – terutama jika itu berarti dia mungkin akan kena masalah. Anak-anak akan sering berbohong untuk menghindari hukuman. Meskipun itu hal yang normal, kita ingin anak-anak kita mampu bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Perhatikan metode pengasuhan Anda. Apakah Anda sangat bergantung pada hukuman fisik atau berteriak untuk memberitahu anak-anak bahwa Anda sedang marah? Jika anak-anak benar-benar takut pada Anda, maka akan sulit bagi mereka untuk mengatasi kebohongan seperti ini. Namun, jika Anda lebih berfokus pada disiplin berbasis konsekuensi, maka Anda dapat mengajarkan anak-anak bahwa mereka mampu mengatasi konsekuensi dari perilaku mereka. Berikan anak Anda konsekuensi atas kesalahannya, dan konsekuensi lain atas kebohongannya.
Si tak mau kalah
Anda tahu siapa dia. Setiap kali ada yang punya cerita bagus, dia harus punya cerita yang lebih baik.
Ketika suami saya masih remaja, dia punya teman yang selalu harus mengalahkan cerita orang lain. Suatu hari, suami saya memberitahu teman-temannya, “Perhatikan, saya akan bercerita tentang pengalaman memancing yang lucu, dan dia akan berkata ‘Oh ya? Itu belum apa-apa.’” Tentu saja, setelah suami saya mengakhiri ceritanya, temannya berkata, seolah-olah sesuai dengan aba-aba, “Oh ya? Itu belum apa-apa.” Dia tidak tahu mengapa semua temannya menertawakannya.
Melebih-lebihkan cerita untuk mengesankan teman-teman biasanya tidak berakhir baik. Tidak hanya itu tidak jujur, tetapi itu dapat membuat anak Anda semakin tidak disukai.
Untuk membantu anak Anda mengatasi kebohongan seperti ini, bangunlah rasa percaya dirinya dengan berfokus pada hal-hal yang dapat dia lakukan dengan baik. Pastikan untuk tidak membanding-bandingkannya dengan orang lain. Ajarkan dia untuk berbahagia atas prestasi orang lain. Tunjukkan kepadanya bahwa tidak apa-apa jika ada teman yang lebih baik daripada dia dalam beberapa hal karena dia akan menjadi lebih baik daripada teman-temannya dalam hal-hal lain.
Si tukang pura-pura
Si tukang pura-pura adalah ahli dalam berpura-pura sakit perut atau flu. Gejalanya biasanya timbul sesaat sebelum ujian sekolah atau peristiwa besar lainnya yang membuatnya takut.
Pertama, cari tahu apakah ada alasan nyata untuk rasa takutnya. Apakah dia merasa terintimidasi? Anda mungkin perlu bertemu dengan gurunya untuk membahas cara-cara menghentikan intimidasi dan membantu anak Anda membela dirinya sendiri. Anda juga dapat meminta bantuan dari teman-teman anak Anda.
Jika anak Anda tidak dalam bahaya nyata, ajarkan dia untuk mengatasi rasa takutnya. Berikan dia kesempatan untuk membangun rasa percaya diri dan mandiri di rumah. Berfokuslah pada hal-hal positif dari peristiwa yang dia takuti. Ingatkan dia tentang keberhasilannya di masa lalu ketika mengatasi rasa takut, dan betapa bangganya dia ketika dia mencapai keberhasilan itu. Biarkan dia tahu bahwa Anda percaya padanya dan akan selalu ada untuknya.
Perhatikan juga diri dan perasaan Anda sendiri. Jika Anda mengkhawatirkan anak Anda, Anda mungkin secara tidak sadar menyampaikan kecemasan itu kepadanya. Anak Anda lebih kuat dan lebih tangguh daripada yang Anda pikirkan.
Si pemuas
Si pemuas ingin membuat semua orang bahagia dan tidak ingin mengecewakan Anda.
Ketika membesarkan seorang pemuas, hindari menyebutnya “baik” atau “buruk” berdasarkan perilakunya. Biarkan anak Anda membuat kesalahan. Beritahu dia bahwa semua orang melakukan kesalahan, dan itu adalah cara penting untuk belajar. Biarkan dia tahu bahwa Anda akan selalu mengasihinya tanpa syarat, dan bantulah dia belajar dari kesalahannya.
Jadi, mungkin kita semua berbohong. Tetapi saya ingin berpikir bahwa kita semua sedang berusaha mengatasinya. Memahami anak Anda dan alasan mengapa dia berbohong akan membantu Anda mengatasinya bersama-sama.
MENDDIK ANAK BELAJAR TANPA DISURUH
Cara sederhana agar anak rajin belajar
agar-anak-rajin-belajarBanyak papa dan mama mengeluh dan bingung mencari cara agar anak rajin belajar. Rajin belajar? Coba anda ingat-ingat ketika anda masih kecil, apakah anda sendiri juga rajin belajar? :) Apakah anda juga langsung menurut begitu disuruh untuk belajar oleh papa dan mama?
Pertanyaan diatas merupakan satu input balik agar kita sebagai papa dan mama tidak menekan terlalu keras pada anak untuk rajin belajar. Ingin anak rajin belajar itu baik, tapi pahamilah dan sadarilah juga kalau anak anda juga seperti anda waktu kecil dulu.
Nah, bagaimana cara sederhana agar anak rajin belajar?
Mulai segala sesuatu dengan pikiran
Dalam sebuah seminar, pembicara mengatakan kalau sebuah karakter atau sifat, misalnya sifat yang rajin belajar, itu tidak otomatis terbentuk. Semua anak dilahirkan sama, dari bayi, belajar berdiri, belajar berjalan, belajar berbicara, belajar membaca dan akhirnya mereka sekolah. Semua sama.
Yang berbeda adalah bagaimana mereka menghabiskan waktu 24 jam sehari itu.
Dimulai dari pikiran, dilakukan setiap hari sehingga menjadi kebiasaan dan kebiasaan itu menjadi karakter seseorang.
Anak kami suka melihat princess, dia ingin menjadi seperti princess. Papa dan mama memberikan masukan tiap saat, “Princess itu pintar membaca, pintar menulis, kalau ditanya jawabnya cepat dan keras”. Satukan keinginan anak anda dan keinginan anda, ucapkan sesering mungkin pada anak anda karena disitu pikiran mereka dibentuk.
Pelajaran dari les matematika
Kami mendapatkan konfirmasi tentang cara agar anak rajin belajar ini dari sebuah les matematika anak kami yang setiap hari memberi PR. Setelah bertanya dan konsultasi dengan guru pembimbing les tersebut, tujuan PR itu bukanlah untuk menjadikan anak itu pintar dan hafal, tapi lebih mengarahkan pada kebiasaan tiap hari mengerjakan PR.
Kebiasaan tiap hari mengerjakan PR itu yang kami ingat. Memang tidak mudah pada awalnya. Anak kami juga mengeluh capek, ngantuk dsb kalau disuruh kerjain PR, namun sebagai papa mama teruslah mendorongnya. Kami memberikan point, “Oh, kamu sudah pintar 1 kali ya” bila dia mengerjakan PR hari itu… “Bila pintar sampai 10 kali, nanti papa dan mama belikan boneka”, beri penghargaan.
Setelah terbiasa dengan 1 PR matematika, kami menambahkan PR membaca tiap hari, beri point juga dan beri reward juga. Sekarang PR anak kami menjadi matematika, membaca, menulis dan itu dilakukan setiap hari.
Perlu kesabaran dari papa dan mama dalam membimbing anak melewati masa-masa bosan dan masa-masa jenuh. Beri sedikit PR bila anak mengalami masa itu, bukan tidak ada PR, tapi sedikit PR.
HINDARI KATA-KATA INI KALAU MARAH PADA ANAK
Anak Ketika Marah
Anak-anak butuh waktu untuk bisa memahami segala sesuatu, Anda pun dulu waktu seusia mereka pasti juga melakukan kenakalan yang sama.
Orang tua sering kali hilang kesabaran ketika menghadapi kenakalan anak, seperti rewel, berkelahi, mencuri, tidak patuh, dan sebagainya. Berbagai macam cara mulai dari bentakan, ancaman, hingga pemukulan secara fisik kerap dilakukan oleh orang tua supaya dapat meredam kenakalan mereka. Pertanyaannya, menurut Anda apakah cara-cara tersebut efektif? Mungkin ada sebagian dari Anda yang setuju dan sebagian lain mungkin menjawab tidak setuju.
Menjadi orang tua sangat dibutuhkan kesabaran ekstra, adalah memang tanggung jawab Anda untuk bisa mengendalikan mereka, akan tetapi bukan dengan cara kekerasan fisik dan kata-kata kasar. Anak-anak butuh waktu untuk bisa memahami segala sesuatu, Anda pun dulu waktu seusia mereka pasti juga melakukan kenakalan yang sama. Lepas dari betapa suram masa kecil Anda dulu atau betapa tegas orang tua Anda telah mendidik Anda selama ini, ketahuilah bahwa anak-anak Anda saat ini adalah pribadi yang berbeda. Anda boleh menerapkan pola pengasuhan yang sama seperti yang Anda terima dari orang tua Anda dulu atau Anda ingin menerapkan pola pengasuhan yang baru, itu semua terserah kepada Anda.
Oleh karena itu, apapun alasannya, bila Anda terpaksa harus marah untuk menunjukkan ketegasan Anda kepada anak-anak Anda, sebisa mungkin kendalikan emosi Anda dan hindarilah mengucapkan kata-kata berikut ini kepada mereka:
1. "Dasar berengsek!"
Kalimat kasar yang sering diucapkan oleh orang dewasa yang sedang marah ini tidak patut ditujukan kepada seorang anak. Ketika seorang anak menerima kalimat ini dari orang tuanya, maka hal itu akan tertanam dalam benak mereka dan mereka akan belajar untuk semakin tidak menghormati Anda. Lebih parahnya lagi mereka akan meniru dan mengucapkan hal yang sama kepada orang lain.
2. "Ini semua salahmu!"
Anak-anak sangat membutuhkan arahan dan bimbingan dari kedua orang tuanya. Ketika mereka berbuat kesalahan itu adalah hal yang wajar, sebagai orang tuanya Anda tidak boleh menghancurkan rasa ingin tahunya. Anda juga tidak boleh menghancurkan rasa percaya dirinya dengan mengatakan, "Ini semua karena salahmu atau semua ini terjadi gara-gara kamu."
3. "Dasar goblok!"
Seorang anak yang sering mendapatkan teguran semacam ini dari orang tuanya akan menjadi minder dan tidak memiliki percaya diri yang baik. Dia akan merasa bahwa dirinya memang tidak becus dalam mengerjakan sesuatu. Bila tetap diteruskan, tanpa Anda sadari Anda sendirilah yang telah menghancurkan masa depannya.
4. "Dasar anak setan!"
Emosi orang dewasa memang terkadang bisa tak terkontrol, berbagai macam kata-kata kasar, makian dan umpatan sangat mudah keluar dari mulut Anda. Ketika Anda sedang marah kepada anak Anda dan betul-betul jengkel karena tingkah lakunya yang tidak bisa diatur jangan pernah mengatakan kepadanya bahwa dia anak setan. Bila Anda mengharapkan rasa hormat darinya dan ingin supaya anak Anda mudah untuk diatur, maka lebih baik Anda melakukan introspeksi diri. Terkadang anak-anak yang berperilaku demikian sebenarnya hanya menunjukkan rasa protes kepada Anda.
5. "Dasar kurang ajar!"
Kalimat ini hanya pantas ditujukan kepada seseorang yang telah melakukan perbuatan jahat seperti mencuri, membunuh, atau memperkosa, bukan untuk anak-anak yang sesungguhnya belum mampu memahami apa yang telah dia lakukan itu benar atau salah.
6. "Kami tidak pernah mengharapkanmu."
Bila Anda sangat mengasihi anak-anak Anda, semarah apapun Anda jangan pernah sekalipun mengucapkan kalimat ini kepada mereka. Kalimat ini bagaikan sebuah kutukan kepada seorang anak. Sekali saja kalimat ini keluar dari mulut Anda, maka Anda tidak akan pernah bisa menyembuhkan luka di hatinya sampai kapanpun dan Anda juga tidak akan pernah bisa mendapatkan rasa hormat darinya.
Anda marah dan jengkel menghadapi perilaku nakal anak adalah hal yang wajar, Anda bukanlah seorang malaikat, Anda hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari berbagai macam kesalahan. Tetapi sebagai orang tua, Anda dituntut untuk mampu mengendalikan emosi Anda. Kedewasaan Anda dalam hal ini sedang diuji. Cara Anda mendidik mereka menentukan kualitas Anda sebagai orang tuanya, dan kesalahan Anda dalam mendidik merekalah yang justru dapat menghancurkan masa depannya
Agung Candra Setiawan
Anak "Bandel" jadi PENURUT
Mengembangkan Empati Si Kecil Sedari Dini
Empati adalah hal yang tak kalah penting daripada prestasi yang harus dimiliki anak-anak kita sedari dini. Memiliki empati akan membantu anak-anak kita dalam interaksi mereka dengan sesama dan lingkungAN
Kecenderungan dalam masyarakat sekarang para orang tua lebih menekankan pentingnya prestasi dan lupa atau sengaja melupakan untuk mengajarkan empati pada buah hati. Padahal memiliki empati tak kalah pentingnya bagi seorang anak dibandingkan dengan memiliki prestasi. Karena kemampuan anak mengelola emosi dan menjalin hubungan dengan sesama serta lingkungan sekitar dia sangat dipengaruhi oleh pengembangan empatinya. Kemampuan kognitif untuk memahami konsep empati sebenarnya baru dipahami saat seorang anak berusia 8 atau 9 tahun. Akan tetapi anak berusia lebih muda dari itu pun bisa menunjukan sikap empati terhadap orang lain jikalau dibiasakan sedari dini.
Hal pertama yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam mengembangkan empati pada diri seorang anak adalah dengan membantu anak tersebut mengenali emosi. Bantulah si kecil untuk mengenali apa yang dia atau orang lain rasakan. Contohnya ketika ada seorang temannya menangis, Anda bisa menjelaskan bahwa perasaan yang si teman rasakan itu adalah sedih, lalu doronglah si kecil untuk menghibur temannya dengan cara mengajak bermain bersama. Sebaliknya ketika ada hal yang menyenangkan dan si kecil terlihat gembira, Anda bisa memberitahukan dia bahwa apa yang dia rasakan itu adalah perasaan bahagia. Mengenalkan emosi baik yang positif maupun negatif membantu si kecil untuk memahami apa yang dia rasakan dan apa yang orang lain rasakan. Itu akan membantu mengembangkan kemampuannya berempati terhadap keadaan orang lain. Hal yang perlu diingat adalah bahwa berikanlah penjelasan yang sederhana sesuai dengan usia si kecil. Dan meskipun anda sedang mengenalkannya dengan emosi negatif seperti bersedih atau marah, tetaplah akhiri dengan hal yang positif. Seperti contoh di awal tadi bagaimana kita bisa mendorong si kecil untuk menghibur temannya yang sedang bersedih. Untuk anak yang masih balita bisa juga kita mengenalkan emosi dengan permainan ekspresi. Tempelkan gambar-gambar emosi seperti sedih, senang, tertawa, menangis, terkejut, marah dsb, di papan tulis atau di pintu kulkas. Secara bertahap kita bisa menempelkan gambar-gambar emosi yang lebih kompleks seperti cemburu, grogi dan sebagainya.
Doronglah buah hati kita untuk membagi apa yang dia rasakan. Hal ini perlu dibiasakan. Mulailah dengan memberi contoh dengan membagikan apa yang kita rasakan kepada si kecil. Semisal ketika kita senang karena si kecil bisa bangun pagi dengan mudah. Atau sebaliknya ketika kita kesal karena si kecil yang berteriak-teriak meminta sesuatu yang kita tidak izinkan misalnya, jelaskan bahwa kita kesal dengan apa yang dia lakukan, dengan catatan kita tidak melakukan itu dengan emosi. Bisa juga kita memberi pancingan dengan bertanya kepada si anak sehingga dia akan terbiasa untuk bercerita tentang apa yang dia rasakan. Dan harap selalu diingat untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh tanpa menyela ketika si kecil berbagi apa yang dia rasakan. Berikan dia kebebasan untuk menyampaikan. Baru setelah dia selesai bercerita kita bisa menanggapi. Itu akan membuatnya merasa dihargai dan didengarkan. Dan ini juga cara yang efektif untuk mengetahui dan mengajarkan kehidupan sosial kepada anak kita. Kita bisa mengetahui bagaimana anak kita berinteraksi dengan lingkungannya. Setelah anak bercerita tentang apa yang dia temui atau apa yang dia alami kita bisa mengarahkannya ke diskusi sederhana tentang bagaimana dia harus bersikap dengan teman atau orang di sekitarnya dengan cara yang baik dan saling menghormati.
Hal lain yang bisa membantu mengembangkan empati si kecil adalah mengajarkannya untuk memperhatikan perilaku terutama perilaku yang baik yang terjadi di sekelilingnya. Sebagai contoh ketika ada teman dia yang melakukan hal yang baik kita bisa mengatakan, "Andi tadi baik sekali ya sudah menemani Lukas menunggu jemputan". Dengan menunjukkan perilaku positif orang lain kita mendorong si kecil untuk memahami bahwa tindakan seseorang bisa mempengaruhi emosi dan memberi kesan pada diri orang lain. Dan itu akan mendorong si kecil untuk melakukan hal serupa.
Berperilaku baik di depan anak adalah cara paling efektif untuk mengajarkan anak tentang kepedulian terhadap orang lain. Bahkan hal sederhana seperti mengucapkan kata maaf atau terima kasih juga paling baik diajarkan dengan teladan. Ada seorang anak kenalan saya yang susah sekali berbagi dengan temannya. Usut punya usut ternyata sedari dia balita ibunya sudah mengatur agar dia tidak berbagi mainan dengan anak lain. Setiap kali ada anak lain bermain ke rumahnya, si ibu hanya akan mengeluarkan satu atau dua buah mainan saja dengan alasan takut mainannya rusak atau hilang. Alhasil si anak tumbuh menjadi susah berbagi. Sebaliknya ada juga anak yang tidak canggung membagi makanannya dengan anak lain. Dan ternyata itu juga dimulai dari orang tua yang membiasakan si anak untuk berbagi dengan temannya. Jika ingin anak kita memiliki empati terhadap sesama dan lingkungan, haruslah dimulai dari orang tuanya. Mustahil untuk mengajarkan anak tentang cinta pada lingkungan jika orang tuanya saja masih suka membuang sampah sembarangan.
Anak "Bandel" jadi PENURUT
Cara mendidik anak nakal memang tidak mudah dan memerlukan sedikit usaha ekstra jika dibandingkan dengan mendidik anak yang memiliki kepribadian yang biasa- biasa saja bahkan lebih cenderung mudah diatur. Dalam penerapannya, banyak sekali orang tua yang tidak mampu sabar dalam mengendalikan anak yang nakal dan mereka cenderung melakukan kekerasan kepada anak sebagai salah satu solusi terbaik dalam mendisiplinkan anak yang nakal. Sebagian besar orang tua mungkin menganggap bahwa hal ini merupakan hal yang benar, namun apakah demikian? Benarkah mendidik anak yang nakal dengan jalan kekerasan akan membuat mereka menjadi lebih disiplin? Jawabannya tentu tidak. Mendisiplinkan anak yang nakal dengan jalan kekerasan justru akan membuat anak semakin tidak takut dengan siapapun, bahkan cenderung menjadi bandel. Dalam hal ini, orang tua harus menerapkan cara yang berbeda dalam menghadapi anak yang nakal namun bukan dengan jalan melakukan kekerasan seperti main pukul terhadap anak, karena hal tersebut akan berdampak sangat buruk pada pertumbuhan anak. Untuk mendisiplinkan anak yang nakal. Terdapat beberapa cara yang perlu diterapkan agar anak mnjadi disiplin dan sembuh dari kenakalannya. Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya yang nakal menjadi disiplin, bukan? Hal ini karena memiliki anak yang nakal terkadang membuat orang tua depresi karena merasa salah dalam mendidik anak.
cara mendidik anak nakal agar nurutDisadari atau tidak, penyebab anak menjadi penurut atau bahkan menjadi nakal memang sedikit banyak terjadi karena campur tangan orang tua dalam menerapkan pola asuh kepada anak. Untuk itu, bagi para rang tua khususnya para ibu yang memiliki anak yang nakal, hendaknya kita harus siap dan lebih sabar dalam mengembalikan kepribadian anak menjadi pribadi yang disiplin yang taat. Lantas bagaimanakah cara mendidik anak yang nakal agar mereka mamp menjadi anak yang patuh dan disiplin sehingga dapat membanggakan kedua orang tuanya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kali ini kita akan membahas mengenai seputar anak yang nakal, penyebab anak menjadi nakal serta bagaimana cara mengatasi anak yang nakal sehingga mereka dapat kembali menjadi anak yang disiplin dan patuh terhadap kedua orang tuanya.
Sebelum mengetahui cara mendidik anak yang nakal, pertama kali yang harus diketahui oleh orang tua adalah dengan mencari tahu apa yang menjadi penyebab sang anak menjaid nakal. Terdapat beberapa sebab mengenai anak yang tumbuh menjadi anak yang nakal pada usia- usia tertentu yang pada awalnya mereka sebenarnya adalah anak yang baik. Di antara sebab- sebab tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
Ketika masih bayi atau berusia sekitar di bawah lima tahun, anak sudah dibiasakan oleh orang tua dengan menuruti semua kemauan anak. Hal ini sering terjadi terutama bagi orang tua yang tidak tega melihat anakanya menangis sehingga mereka lebih memilih untuk menuruti apa yang diinginkan sang anak. Dengan memanjakan anak seperti ini, secara tidak langsung orang tua tengah mendidik anak menjadi anak yang semua keinginannya harus dipenuhi dan jika tidak, mereka akan mengancam kedua orang tuanya dengan mengeluarkan jurus andalan, yakni menangis. Hal inilah yang membuat sang anak tumbuh menjadi pribadi yang nakal ketika mereka memasuki usia pra sekolah. Mereka akan senang merengek dan tak jarang dari mereka yang berteriak- teriak meminta dibelikan sesuatu tanpa mempedulikan kondisi orang tua saat itu. Yang terpenting adalah kebutuhannya, apapun keadaannya. Dengan membiasakan anak dimanja sejak kecil, akan menumbuhkan pribadi yang egois.
Orang tua tidak menegur sang anak bahkan cenderung mentertawai mereka pada saat mereka mengucapkan kata- kata yang tidak patut. Hal ini tak jarang pula terjadi pada masyarakat kita terutama dari kalangan orang tua yang kurang berpendidikan. Mereka cnderung membiarkan dan mentertawakan anak mereka ketika anak- anak mereka berkata yang tidak sopan dan bahkan berkata- kata kotor. Dengan sikap orang tua yang seperti itu, maka anak akan menganggap bahwa apa yang ia lakukan bukanlah suatu kesalahan sehingga anak akan cenderung mengulangi perkataan- perkataan tersebut sehingga akan terbawa sampai ia dewasa. Melakukan pembiaran terhadap fenomena ini akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang arogan dan tidak memiliki tata krama.
Kurangnya penerapan pelajaran ruhani kepada sang anak. Sebagai orang tua, tentu kita semua tahu bahwa agama merupakan satu- satunya pegangan hidup yang mampu menuntun seseorang untuk menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini perlu ditanamkan kepada anak sejak dini. Apabila anak tidak diperkenalkan mengenai agama semenjak ia masih kecil, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang tak terkendali sehingg tak jarang dari mereka yang tumbuh menjadi anak yang nakal.
Terlalu sering bertengkar di hadapan sang anak juga merupakan salah satu faktor utama anak tumbuh menjadi anak yang nakal. Kejadian ini sering dialami oleh orang tua yang memiliki kehidupan rumah tangga yang kurang harmonis dimanamereka terlalu sering brtengkar di hadapan sang anak sehingga sang anak berpikir bahwa keluarga mereka dipenuhi dengan kebencian- kebencian yang mengakibatkan sang anak menjadi berontak sebagai bentuk protes terhadap perilaku kedua orang tuanya. Apabila kita mengamati anak- anak di sekitar kita yang kedua orang tuanya memiliki kehidupan rumah tangga yang kurang harmonis, maka hal ini sering kita jumpai pada anak- anak mereka.
Terlalu sering memberikan uang saku yang berlebihan kepada sang anak dan memfasilitasi mereka dengan hal- hal yang sesungguhnya tidak terlalu mereka butuhkan juga menjadi penyebab utama sang anak tumbuh menjadi pribadi yang nakal. Hal ini biasanya terjadi di kota- kota besar yang mana anak tumbuh di dalam sebuah keluarga yang kedua orang tuanya merupakan orang- orang yang fokus pada karir. Orang tuasemacam itu cenderung memfasilitasi anak- anaknya dengan segala kelebihan dan kecukupan dengan menganggap bahwa mereka tidak membutuhkan kasih sayang dengan terpenuhinya hal- hal tersebut. Padahal, membiasakan anak dengan barang mewah justru akan membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang kurang memiliki jiwa sosial dan tak jarang dari mereka akan tumbuh menjadi anak yang nakal dan tak terkendali.
Kelima faktor di atas merupakan beberapa dari sekian banyak faktor yang dapat menyebabkan anak menjadi nakal. Setelah mengetahui beberapa faktor yang membuat anak tumbuh menjadi anak yang nakal, maka langkah orang tua selanjutnya adalah dengan mulai menghentikan kebiasaan yang menjadi penyebab anak menjadi nakal tersebut dengan menerapkan beberapa cara mendidik anak nakal. Perlu diingat bahwa mengembalikan anak nakal menjadi penurut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, terlebih ketika mereka masih berusia anak- anak. Untuk itu, terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh oleh orang tua dalam mengatasi anak- anak yang nakal.
Cara pertama yang dapat ditempuh dalam mengatasi anak yang nakal adalah dengan menetapkan peraturan- peraturan yang tegas di rumah untuk membatasi perilaku anak yang dirasa sudah terlewat batas. Pada tahap pertama hal ini tentu akan sangat sulit diterima oleh sang anak, namun dengan menerapkan hukuman, maka mau tidak mau sang anak akan mematuhi peraturan- peraturan yang ditetapkan oleh kedua orang tua. Yang perlu menjadi catatan dalm hal ini adalah tegas bukan berarti keras, namun lebih ke arah bijaksana. Penerapan hukuman yang diberikan kepada anak bukan dalam bentuk kekerasan fisik, melainkan dalam bentuk lain seperti memotong uang jajan, mengurangi waktu bermain serta mencabut beberapa fasilitas yang biasanya digunakan oleh anak seperti menghentikan untuk memakai sepeda selama beberapa hari, dan lain- lain. Hal ini akan membuat anak berfikir untuk lebih memilih mematuhi peraturan daripada mendapatkan konsekuensi yang ia anggan merugikan dirinya sendiri.
cara mendidik anak nakalCara kedua yang dapat diterapkan dalam memberikan treatment terhadap anak yang nakal adalah dengan membrikan anak suatu tanggung jawab dalam skala ringan yang sesuai dengan usia mereka. Sebagai contoh, apabila anak terbiasa dengan menaruh sepatu, tas dan tidak berganti seragam sepulang sekolah, maka anak akan kehilangan sepatunya atau tas atau barang kesayangannya yang lain. Dengan melatih anak untuk membiasakan diri menaruh peralatan sekolah pada tempatnya serta berganti baju sepulang sekolah, maka anak akan merasa bertanggung jawab penuh atas dirinya sendiri sehingga lama kelamaan anak akan cenderung menjadi anak yang bertanggung jawab. Dengan demikian, anak yang nakal terutama yang tidak disiplin akan berubah menjadi anak yang disiplin serta penuh tanggung jawab.
Selain menetapkan peraturan- peraturan, tak ada salahnya jika orang tua menjadi pendengar yang baik bagi sang anak karena bisa jadi sang anak menjadi nakal akibat kurangnya perhatian dari orang tua atau anak tidak memiliki tempat untuk bercerita mengenai apa yang dialaminya sehari- hari. Luangkanlah waktu brsma sang anak untuk mendengarkan apa yang menjadi keluh kesah sang anak dan berikanlah solusi terbaik dari permasalahan yang sedang mereka hadapi. Dengan menjadi pendengar dan penasehat yang baik, hati anak yang semula kaku dan berontak akan luluh karena mereka akan berfikir bahwa ternyata masih ada orang yang mau mendengarkan perkataannya. Jangan selalu menjadi penasehat yang menuturi sang anak dengan petuah- petuah, namun jadilah pendengar yang baik pula bagi mereka. Dengan demikian, kenakalan mereka perlahan- lahan akan mereda.
Dalam menarik anak yang nakal agar ia kembali menjadi anak yang baik, perlu diingat bahwa orang tua hendaknya tidak terlalu kasar kepada anak, namun tidak terlalu lembut kepada mereka. Bersikaplah di tengah- tengah, yakni tetap lembut namun juga tegas terhadap mereka apabila mereka melakukan kesalahan. Dengan demikian, sang anak akan menyadari kesalahan- kesalahan yang mereka lakukan dan mereka akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk bagi mereka. Sehingga, sang anak akan mampu mengendalikan diri mereka sendiri dan akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki jiwa yang stabil dan berpendirian kuat. Dengan menerapkan beberapa solusi untuk menghentikan anak yang nakal dan mengubah mereka menjadi anak yang baik dan patuh, maka orang tua akan mendapatkan anak yang baik, berkepribadian serta memiliki tata krama yang terpuji dalam masyarakat. Untuk mewujudkan itu semua, hendaknya mulai sekarang orang tua perlu menerapkan beberapapenyebab dan cara mendidik anak nakal.
Cara Mendidik Anak Mandiri
Melatih dan mendidik anak Mandiri
Mendidik dan membina kemandirian anak merupakan tugas dan kewajiban orang tua. Karena semua orang tua pasti berharap anaknya akan menjadi anak yang mandiri. Apa itu pengertian dari mandiri? Mandiri adalah suatu kondisi dimana seseorang dalam melakukan aktivitasnya tidak bergantung kepada orang lain.
Tidak bergantung pada orang lain bukan berarti tidak membutuhkan orang lain. Maksudnya adalah dengan mandiri maka kegiatan tersebut masih mampu berjalan meskipun tanpa bantuan orang lain.
Mandiri merupakan hal yang harus ada dalam diri seseorang. Karena tidak mungkin kita akan terus bergantung kepada orang lain. Oleh karena itu seiring dengan bertambahnya usia anak, maka si anak harus mulai diajarkan tentang kemandirian. Melatih kemandirian ini merupakan bekal yang baik untuk anak karena kita sebagai orang tua tidak mungkin akan terus bersama anak.
Salah satu unsur penting dalam membangun dan mendidik kemandirian anak yaitu rasa percaya diri anak. Rasa percaya diri anak harus mulai ditumbuhkan sejak anak masih kecil. Rasa percaya diri inilah yang nantinya akan membuat anak membangun strategi dalam menghadapi persoalan hidupnya.
Rasa percaya diri anak tidaklah muncul begitu saja. Akan tetapi rasa percaya diri anak merupakan rangkaian akumulasi dari berbagai aktivitas yang dilakukannya dengan semboyan "AKU BISA". Semboyan aku bisa ini tentunya berawal dari didikan orang tua dan stimulasi yang diberikan secara intensif. "AKU BISA" bisa saja berawal dari hal-hal yang sederhana.
Untuk membangun rasa mandiri pada anak usia dini, ada beberapa kriteria yang bisa kita jadikan acuan untuk melatih percaya dirinya. Berikut ini adalah kegiatan yang hendaknya dilakukan agar anak terbiasa mandiri untuk anak usia 2 hingga 6 tahun
1. Melatih anak buang air kecil/besar (Toilet Trainning)
2. Memberikan tugas kepada anak untuk menjaga dan merawat barang-barang miliknya.
3. Mengajari anak untuk mandi dan membersihkan dirinya sendiri
4. Mengajari anak untuk memakai pakaiannya sendiri termasuk memakai sepatu
5. Melatih anak untuk memutuskan memilih pakaian sesuai dengan waktu dan acara yang akan dihadirinya
6. Melatih anak bertanggung jawab terhadap barang-barang miliknya
7. Mengajari anak merapikan rambutnya.
8. Mengajari anak membagi waktunya
9. Mengajari anak mengenal dan menghargai waktu
10. Mendidik anak belajar untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf jika melakukan kesalahan
11. Mendidik anak untuk tidur sendiri
12. Mendidik anak merapikan tempat tidurnya
13. Memberikan kesempatan anak untuk menentukan pilihannya
14. Mengajak anak untuk ikut menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
15. Mendidik anak melalui media play group ataupun TK
16. Mendidik anak menabung
17. Mendampingi anak dalam menyelesaikan masalahnya di sekolah termasuk pekerjaan rumah
18. Melatih anak untuk menerima tanggung jawab di luar rumah
19. Memberikan penjelasan yang baik tentang hal yang baik dan buruk kepada anak
20. Memberikan pujian atas kemandirian anak dan tanggung jawabnya
21. Memberikan penjelasan kepada anak tentang peraturan, tata tertib dan norma sosial
22. Membina hubungan yang baik antara orang tua dan anak.
Setidaknya 22 cara di atas merupakan sarana yang baik untuk membentuk jiwa mandiri anak jika hal tersebut dilakukan secara disiplin. Sebagai bahan evaluasi, 22 cara tersebut sudahkah dilakukan ataukah kadang-kadang atau bahkan jarang dilakukan. Semoga 22 tips diatas bisa membantu dalam mendidik anak yang mandiri.
Agar Anak Mudah Dididik Tanpa Bentakan dan Teriakan
Cara Mendidik Anak Tanpa Bentak Dan Teriak – Secara ilmiah dan psikologis, dampak bentak dan teriak bagi anak selalu buruk. Selain merusak sel-sel perkembangan otak anak, bentakan dan teriakan juga merenggangkan hubungan batin orang tua dengan anak. Kenakalan anak sudah sewajarnya ditanggapi kepala dingin oleh orang tua, karena bagaimanapun anak bukanlah sasaran empuk tumpahan emosional orang tua. Hal ini yang sering dilalaikan orang tua dalam mengontrol emosi pada pola asuh anak.
Dibawah ini akan diulas cara mendidik anak tanpa bentak dan teriak yang bisa menjadi referensi orang tua dalam mendidik anak dan menerapkan pola asuh anak yang ideal. Banyak sekali kesalahan orang tua dalam mengasuh anak. Salah satunya cara berpikir orang tua yang menganggap anak tidak mau mendengarkan apa kata orang tua, sehingga membentak dan berteriak dianggap sebagai solusi membuat anak paham. Perlu diingat, anak berbeda dengan orang dewasa. Mereka masih dalam tahap belajar, sedangkan orang dewasa akan lebih tanggap ketika seseorang berbicara dengan nada tinggi bahkan sampai berteriak.
Baca juga: 4 Cara Jitu Mengatasi Kecemburuan Balita Karena Kelahiran Adik Baru
Cara Mendidik Anak Tanpa Bentak Dan Teriak
cara mendidik anak tanpa bentak dan teriak
Selalu Berawal Dari Orang Tua
Orang tua adalah model pertama bagi anak dalam bertingkah laku. Dengan mengamati detail perilaku orang tua, anak akan terpacu untuk bertindak seperti orang tuanya. Maka sebagai orang tua sebaiknya menjaga perilaku di depan anak. Tahan emosi dan kekesalan ketika berada di sekitar anak. Jika anak melakukan kesalahan, tegurlah dengan cara yang baik namun tetap tegas. Sehingga anak merasa selalu diperhatikan dan diawasi secara baik oleh orang tua. (Baca juga : Wahai Orang tua, Inilah Dampak Buruk Jika Anda Sering Memarahi Anak)
Selalu Berkomunikasi
Cara mendidik anak tanpa bentak dan teriak ini tergolong mudah dilakukan, namun karena kesibukan orang tua mencari nafkah sehingga banyak orang tua yang lalai melakukannya. Komunikasi dua arah antara orang tua dan anak akan membuat hubungan batin keduanya semakin kuat, sehingga anak cenderung patuh terhadap apa yang dikatakan orang tua. Anak menaruh kepercayaan yang tinggi pada orang tua, maka sebagai orang tua gunakan kepercayaan anak dalam pola asuh yang ideal, dengan selalu berkomunikasi.
Terkadang anak merasa sulit dalam mengutarakan maksud, maka disinilah orang tua aktif menanyakan apa yang sedang ia rasakan. Cara mendidik anak tanpa bentak dan teriak ini membuat anak akan semakin mudah mengekspresikan perasaannya, lebih menghargai orang tua karena ia juga merasa dihargai oleh orang tua.
Dalam teknik berkomunikasi dengan anak, gunakan bahasa yang mudah dipahami dan nada yang rendah. Penting untuk diingat, masa kanak-kanak adalah masa belajar memahami hal baru dalam tatanan hidup. Sehingga membutuhkan ekstra kesabaran dalam memberikan pemahaman pada anak. Ingat, dulu orang tua juga melewati proses kanak-kanak.
Terapkan Kedisiplinan Dengan Sistem Reward Dan Punishment
Setelah berkomunikasi dengan anak, cara mendidik anak tanpa bentak dan teriak berikut ini menggunakan metode hadiah atau hukuman. Kedisiplinan harus diterapkan orang tua pada anak sejak dini. Dengan menerapkan kedisiplinan, anak diharapkan tetap berjalan sesuai jalur yang ditentukan orang tua dan menghindari perilaku yang tidak diinginkan.
Orang tua membuat kesepakatan bersama anak tentang suatu peraturan. Jika anak mematuhi peraturan maka orang tua wajib memberikan haknya seperti pemberian reward, namun jika anak tidak mematuhi dan tidak mengindahkan peringatan orang tua, maka jatuhkan punishment atau hukuman. Anak lebih mudah memahami metode seperti ini daripada bentakan dan teriakan.
Dengan beberapa cara mendidik anak tanpa bentak dan teriak diatas diharapkan orang tua lebih aktif berperan dalam pendidikan dan tumbuh kembang anak. Semoga bermanfaat!
4 Cara Mendidik Anak Supaya Mendengar Perintah Anda!
Ribuan teori cara mendidik anak sulit diterapkan. Ikuti 4 prinsip ini agar anak patuh pada Anda.
Cara mendidik anak tanpa amarah akan meningkatkan keharmonisan hubungan anak dan orang tua.
Cara mendidik anak tanpa amarah akan meningkatkan keharmonisan hubungan anak dan orang tua.
Berbagai teori cara mendidik anak sudah Anda terapkan, tetapi perintah Anda sering tidak digubris. Anda tidak sendiri.
Problem ini sepertinya menjadi masalah utama orang tua jaman sekarang. Jangan biarkan ini terjadi terus menerus, karena anak akan manja dan merasa semua keinginannya harus dipenuhi. Lalu, harus bagaimana cara mendidik anak agar mereka mau mendengar perintah Anda?
1. Dengarkan Mereka
Meski Anda memberi perintah, bukan berarti Anda tidak mendengar keluhan mereka. Mereka mungkin capek belajar, sedang tidak enak hati dengan suasana sekolah, misalnya, atau masalah apa saja yang mereka alami.
Mau mendengarkan, adalah kunci dari cara mendidik anak yang baik. Jika Anda menunjukkan sikap mau mendengar keluhan mereka, atau menangkap kesan bahwa mereka sedang kesal dengan masalah mereka, maka mereka pun akan mendengar perintah Anda.
2. Panggil Nama Mereka
Teriakan tidak pernah menjadi cara mendidik anak yang disarankan karena hanya akan membangkitkan emosi. Anda pun tidak ingin diteriakin oleh bos hanya karena Anda diminta melakukan hal sepele, kan?
Pastikan Anda memanggil nama mereka, di mana mereka bermain. Saat yang dipanggil menoleh dan memerhatikan Anda, katakan apa yang Anda mau dari mereka.
Ribuan teori cara mendidik anak sulit diterapkan. Ikuti 4 prinsip ini agar anak patuh pada Anda.
3. Tatapan Mata
Tatapan mata memiliki kekuatan untuk menunjukkan perasaan. Saat orang tua menatap mata anak, maka anak akan melihat bahwa orang tua mereka memberi perhatian, bukan amarah.
Dengan menatap mata anak, Anda paham apakah mereka benar-benar mendengar atau cuek dengan perintah Anda. Dengan menatap mata anak, Anda menunjukkan bahwa Anda peduli dengan mereka dan mendengar apa yang mereka rasakan.
4. Introspeksi diri
Terkadang orang tua lupa bahwa mereka pun sering ingkar janji. Dari semua teori cara mendidik anak, introspeksi diri sering terabaikan oleh orang tua. Bagaimana mungkin anak akan mendengar perintah orang tua, jika sang orang tua kerap tidak konsisten dengan ucapannya?
Kata-kata kita pun tidak sakti lagi. Kita sering memarahi anak karena melakukan suatu hal yang sebenarnya sering kita lakukan sendiri. Ini yang benar-benar harus diperhatikan orang tua dalam mengaplikasikan ragam teori cara mendidik anak.
Parents, selamat mencoba.
Tips Mendidik Anak Agar Tidak Manja, Keras Kepala dan Dapat Mandiri
Tips Mendidik Anak Agar Tidak Manja, Keras Kepala dan Dapat Mandiri
Dalam kehidupan berkeluarga, setiap orang tua tentu mengharapkan anak-anaknya dapat tumbuh menjadi anak-anak yang baik, dapat dibanggakan dan mempunyai karakter atau sifat-sifat yang positif dalam segala hal.
Dalam kehidupan berkeluarga, setiap orang tua tentu mengharapkan anak-anaknya dapat tumbuh menjadi anak-anak yang baik, dapat dibanggakan dan mempunyai karakter atau sifat-sifat yang positif dalam segala hal. Kebanyakan orang tua akan melakukan segalanya demi membahagiakan anak-anak mereka dengan memberikan segalanya yang mereka inginkan, namun ternyata hal ini tidak selalu baik dalam proses mendidik anak. Banyak anak yang dibiasakan hidup dengan kenyamanan dan tidak pernah merasa sulit dalam hidupnya cenderung menjadi manja dan tidak dapat mandiri. Sebagai orang tua, kita perlu berhati-hati dalam pengasuhan anak pada masa perkembangannya karena setiap didikan kita dapat berpengaruh besar bagi kehidupan sang anak di masa depan. Berikut adalah tips bagaimana mendidik anak dengan baik agar tidak manja, keras kepala dan dapat menjadi mandiri.
1. Jangan menuruti semua keinginan anak
Walaupun Anda sangat mencintai anak Anda, menuruti semua keinginannya bukanlah cara mendidik anak dengan benar. Tindakan tersebut hanya akan membuat anak Anda menjadi anak yang manja dan selalu mengandalkan orang lain. Jika sejak kecil anak sudah dimanjakan dengan mengikuti semua keinginannya, dampak ke depannya anak akan menjadi anak yang tidak mandiri dan malas karena selalu berpikir ada orang tua yang akan memberikan semua yang diinginkannya. Biasakanlah anak Anda untuk berusaha mengerjakan tugas mereka sendiri agar mereka dapat belajar bertanggung jawab untuk diri mereka sendiri.
2. Jangan terlalu banyak melarang
Rasa keingintahuan anak terhadap dunianya sering kali membuat mereka ingin mencoba melakukannya secara leluasa. Ketakutan orang tua adalah jika hal-hal terburuk terjadi pada anak Anda. Makanya kebanyakan orang tua memberi larangan atau batasan terhadap suatu hal yang bisa membahayakan anak. Larangan hanya membuat rasa penasaran bagi anak untuk melakukannya dan dapat menjadikan anak berbohong kepada orang tuanya. Komunikasi dua arah adalah solusi terbaik untuk mengingatkan anak alih-alih melarang anak melakukan hal-hal yang ingin mereka lakukan. Beri tahu mereka tentang risiko yang mungkin terjadi dan mintalah anak Anda untuk berhati-hati.
3. Ajar anak untuk tidak berbohong
Jangan sekali-kali memberikan contoh pada anak Anda untuk berbohong. Ajar mereka untuk selalu terbuka tentang keadaannya dalam segala hal, baik itu menyangkut perasaannya, atau kendala-kendala yang dihadapinya. Jangan membiasakan anak Anda tertutup tentang perasaan mereka terhadap Anda. Dengan cara ini, Anda sudah mendidik anak Anda untuk bertindak jujur dalam kehidupannya.
4. Jangan sekali-kali menghukum dengan kekerasan fisik
Sering kali Anda sebagai orang tua merasa marah atau kesal terhadap ulah atau kelakuan anak-anak Anda yang buruk dan cara ampuh untuk membuat anak jera adalah dengan hukuman fisik. Salah satu contoh tindakan hukuman fisik yang sering dilakukan kebanyakan orang tua adalah memukulnya. Entah itu menggunakan tangan, kaki atau benda-benda lainnya yang dapat Anda gunakan untuk memukul anak Anda. Hal tersebut sama sekali tidak dibenarkan. Jika Anda memiliki anak kecil dan ketika mereka melakukan suatu kesalahan, Anda dapat memberi tahu secara baik-baik dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka tanpa memberikan hukuman fisik dan jika Anda memiliki anak yang usianya mungkin sudah beranjak remaja atau sudah mengerti keadaan, Anda bisa menerapkan sistem disiplin terhadap mereka. Kekerasan fisik hanya akan membuat jiwa anak Anda terluka, bukan hanya fisik atau tubuh mereka yang terluka. Dan itu akan berdampak negatif pada pertumbuhan jasmani dan emosi mereka. Hukuman fisik dalam bentuk apapun hanya akan menakutinya dan akan membuat anak semakin tidak menghormati Anda, menjadi keras kepala dan memberontak terhadap Anda.
5. Kasih dan perhatian
Seorang anak akan merasa nyaman dan bahagia apabila orang tua mereka menunjukkan kasih dan perhatian pada saat anak memang membutuhkan hal itu. Kepedulian orang tua dalam hal sekecil apapun bisa membantu orang tua dalam mendidik anak. Perhatian bukan berarti berbicara tentang bagaimana Anda sebagai orang tua bisa memberikan materi atau barang-barang kesukaan anak, tetapi juga dalam tindakan, misalnya yang dapat Anda lakukan adalah ketika anak Anda belajar, saat itulah Anda bisa menunjukkan perhatian dan kasih Anda dengan cara menemani mereka, walaupun hanya sekadar duduk di sebelah mereka. Dengan demikian anak Anda akan lebih bersemangat dalam belajar dan apabila ada kesulitan, Anda dapat membantu anak memecahkannya.
Menjadi orang tua adalah tugas dan tanggung jawab yang mulia. Jadilah orang tua yang dapat dibanggakan oleh anak Anda. Didiklah anak Anda dengan baik, maka anak Anda akan memberikan sukacita bagi Anda dan keluarga.
Selasa, 03 Mei 2016
MENJAGA AMANAH DALAM MENDIDIK ANAK
Mendidik Anak
October 10, 2015 by Eka Puspita
Jika kita melihat akhir-akhir ini sering diberitakan mengenai kasus penelantaran atau kasus penganiayaan dan kekerasan kepada anak, baik secara verbal maupun non verbal, tidak jarang menimbulkan banyak korban. Maka hal-hal itu tentu saja membuat hati kita teriris dan terluka. Apa yang salah di sini? Apakah orang tua hanya “membuat” anak tanpa bertanggung jawab sepenuhnya? Apakah pemaknaan tanggung jawab hanya sekadar “membiarkan anak hidup” tanpa ada pemenuhan tanggung jawab lain? Lalu, apakah metode pendidikan yang baik bagi anak?
Parenting islami merupakan cara orang tua melakukan kewajibannya terhadap anak dengan syariat yang telah dicantumkan dalam Alquran dan hadis. Ada beberapa kesempatan Rasulullah ketika berhadapan dengan seorang anak beserta sikap-sikapnya yang dapat dijadikan contoh bagi kita, umat Nabi Muhammad saw. Beberapa cara ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan dan menerapkan parenting islami di dalam kehidupan keluarga.
1. Rasulullah Berlaku Adil kepada Setiap Anak
Bagi orang tua yang memiliki anak lebih dari 1 orang, perlu menerapkan berlaku adil kepada setiap anak. Dampak perlakuan tidak adil pada anak akan membuat anak menjadi tersinggung, sehingga di kemudian hari anak akan memiliki rasa permusuhan, hasad, hasut, dan kebencian antar saudara. Dalam Shahihain, dari Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu,
مَانِ بْنِ بَشِيرٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- ( فَانْطَلَقَ أَبِي إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم لِيُشْهِدَهُ عَلَى صَدَقَتِي. فَقَالَ : أَفَعَلْتَ هَذَا بِوَلَدِكَ كُلِّهِمْ? قَالَ : لَا قَالَ: اِتَّقُوا اَللَّهَ , وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ فَرَجَعَ أَبِي, فَرَدَّ تِلْكَ اَلصَّدَقَةَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Nu’man Ibnu Basyir radhiallahu ‘anhuma, “Ayahku menghadap kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar menyaksikan pemberiannya kepadaku, lalu beliau bersabda, ‘Apakah engkau melakukan hal ini terhadap anakmu seluruhnya?’ Ia menjawab, ‘Tidak.’ Beliau bersabda, ‘Takutlah kepada Allah dan berlakulah adil terhadap anak-anakmu.’ Lalu ayahku pulang dan menarik kembali pemberian itu,” (Muttafaq ‘alaihi).
2. Lemah Lembut dan Berkasih Sayang
parenting islami 1Berlemah-lembutlah kepada anak. (https://muslimahistiqamah.files.wordpress.com)
Parenting islami yang dilakukan butuh sebuah hati yang penuh kasih dan kelembutan. Tidak ada yang menjadi rugi dengan berlemah-lembut dan berkasih sayang. Selain itu, berlemah-lembut pada anak merupakan hal yang seharusnya terus-menerus dilakukan dan jauhilah sifat kasar dan kaku. Anak ibarat sebuah lempung (tanah lembek) yang dapat dengan mudah dibentuk apa saja oleh orang tua. Oleh karena itu, bentuklah lempung itu dengan kasih sayang, kelembutan, dan cinta kasih. Hal itu akan menumbuhkan cinta dalam hati seorang anak sehingga ia bisa menerima arahan, nasihat, dan pendidikan dari orang tuanya.
Dalam Shahihhain, dari Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Datang seorang Arab Badui menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata, ‘Anda mencium anak-anak? Kami tidak pernah melakukannya’. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh aku tidak mampu mencegah jika ternyata Allah telah mencabut sifat kasih sayang dari hatimu.’”
3. Arahkan Anak kepada Perkara yang Baik
parenting islamiArahkan anak terhadap nilai-nilai kebaikan. (http://ukinternationalnannies.com)
Metode parenting islami tidak akan menjadi islami jika tidak mengenalkan akidah islamiyah dan kewajiban-kewajiban agama. Kenalkan anak kepada Allah dan Rasul-Nya, menumbuhkan cinta kepada agamanya, mengajarkan anak cara berbakti kepada orang tua, melarang mereka dari yang haram, serta memperingatkan mereka dari perbuatan dosa.
4. Memperhatikan Teman dan Orang Terdekat Anak
Di zaman modern seperti sekarang ini, wujud pertemanan tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga virtual. Pertemanan dengan alat komunikasi tersebut akan menjadi tidak terarah jika orang tua tidak mengontrolnya juga. Ketahuilah bahwa selain pengaruh keluarga, lingkungan pertemanan anak juga akan mempengaruhi karakter dan perilakunya.
Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya,” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi). Dengan demikian, kita perlu memastikan bahwa teman bermain anak memiliki pemahaman keislaman yang baik, sehingga anak kita pun tidak akan melewati batas koridor keislaman.
5. Menjadi Teladan bagi Anak
Jadilah orang tua yang konsisten dan konsekuen. Parenting islami ini mengajarkan bahwa orang tua juga wajib melakukan kebaikan dan tidak hanya menyuruh anak melakukan kebaikan. Jika demikian halnya, anak-anak akan tumbuh besar pada didikan seorang Abi atau Ummi yang bertentangan antara perkataan dan perbuatannya. Akibatnya, anak akan menjadi sosok yang ‘plin-plan’ atau terlalu banyak bicara tanpa adanya aksi nyata. Allah Swt. berfirman,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab?” (Q.S. al-Baqarah: 44).
Islam telah memberikan banyak solusi bagi kehidupan kaum muslimin agar terus bermartabat. Salah satunya adalah dengan mendidik dan mengasuh anak. Anak adalah amanah besar yang Allah titipkan kepada kita. Oleh karena itu, didiklah ia dengan sebaik mungkin. Penggunaan metode parenting islami mungkin menjadi salah satu alternatif pendidikan baginya. Memang, dalam mengasuh dan mendidik anak merupakan sebuah trial and error. Akan tetapi, bukan berarti kita tidak bisa mencoba. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Sahabat Abi Ummi.
MENGAJARKAN CARA BERTEMAN ANAK KITA
Mengajarkan Cara Berteman
“Selama masa taman kanak-kanak, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan sosial yang diperlukan untuk membentuk persahabatan,” kata Nancy Hertzog, PhD, penulis buku Ready for Preschool. “Mulai saat ini, peran Anda bergeser dari mencarikan teman bermain berubah membantu mengembangkan hubungan yang dipilih anak.” Di sini Anda berperan menempa persahabatan pertamanya, tanpa terlalu banyak mengganggu. Inilah beberapa kiat agar Anda menjadi pembimbing yang baik.
HORMATI PERASAAN ANAK
Bahkan seandainya teman baru anak Anda itu bukanlah yang Anda inginkan, Anda harus terus mendorong persahabatan tersebut. “Orang tua tidak seharusnya mematahkan harapan anak tentang teman bermainnya. Teman tidak bisa digonta-ganti,” kata Marsha Weinraub, PhD, direktur riset perkembangan pribadi dan sosial di Temple University, Philadelphia. Tentu saja kalau anak Anda minta bermain dengan seseorang yang sudah jelas tidak baik –misalnya anak yang suka mengganggu- lebih baik Anda tidak mengabulkannya.
MENJADI TEMAN BAIK
Walaupun anak Anda sudah menghabiskan waktunya dengan teman yang lain selama acara berkemah bersama atau kelas balet, tetap penting baginya main bersama hanya seorang teman setiap minggu. “Sekolah dan kegiatan yang terorganisir lebih fokus melakukan kegiatan secara bersama-sama dari pada menekankan pengembangan hubungan yang sifatnya personal,” kata Theresa Kellam, PhD, konsultan keluarga dari Arlington, Texas, dan penulis buku The Parent Survival Guide. “Penting bagi anak-anak untuk bermain hanya sesama mereka, tanpa campur tangan orang tua.” Acara main bersama dengan dua orang teman sangat baik untuk anak seusianya. Bermain dengan tiga anak sering memunculkan persaingan untuk mendapatkan perhatian satu anak.
BIARKAN SI KECIL MENJADI TUAN RUMAH
Kalau teman anak Anda datang ke rumah, jangan tergoda untuk mengatur kegiatannya. Lebih baik bicarakan sebelumnya tentang permainan yang akan mereka lakukan. Pastikan kalau permainan itu merupakan kesukaan keduanya. Kalau dia mempunyai mainan yang tidak boleh dipinjamkan, simpan saja mainan itu.
Biarkan anak Anda memilih snack yang sehat untuk acara playdate-nya dan biarkan dia membukakan pintu untuk mempersilahkan tamunya masuk. “Semua ini dapat mengajarkan anak Anda bagaimana menjadi tuan rumah yang baik,” kata Tracy Gleason, PhD, lektor kepala psikologi di Wellesley College, di Massachusetts.
BERI MEREKA TEMPAT
Selama playdate, tugas Anda adalah menyiapkan berbagai perlengkapan yang diperlukan, menyiapkan makanan kecil, dan berkiling di sekitar mereka untuk memastikan anak-anak itu aman. “Kecuali mereka secara khusus menanyakan sesuatu pada Anda, di luar itu biarkan saja mereka bermain sendiri,” kata Dr. Hertzog.
Jika terjadi pertengkaran, biarkan mereka mengatasinya sendiri. Kalau mencapai jalan buntu, tawarkan diri untuk menjadi mediator. Contohnya, kalau anak Anda ingin main Candy Land, dan temannya lebih suka mewarnai, Anda bisa mengatakan, “Saya melihat kamu ingin melakukan hal yang berbeda. Apakah ada yang punya ide permainan apa yang bagus untuk dilakukan?” Jangan sibuk membela anak Anda kalau temannya cenderung ingin mengatur. Dan kalau anak Anda yang memaksa, jangan marahi dia selama temannya masih berada di sampingnya. “Ini hanya akan membuatnya malu,” kata Dr. Weinraub. “Lebih baik bicarakan setelah itu.”
JANGAN TELALU LAMA
Batasi waktu bermain anak prasekolah menjadi 2 jam –beri tahu tamu Anda mengai hal itu sebelumnya. Setelah dua jam bermain biasanya anak-anak mulai kehilangan ketertarikannya. “Coba pikirkan ini: sekali Anda meluangkan waktu selama 2 jam dengan seseorang, Anda biasanya sudah siap untuk pergi ke tempat lain,” kata Dr. Weinraub. “Dari pada mereka kehabisan energi, lebih baik meminta mereka untuk menunggu acara bermain bersama lagi di waktu yang akan datang.”
MENGAJARKAN KEJUJURAN ANAK
Mengajarkan Kejujuran
Apa yang sebenarnya mendorong seorang anak untuk membengkokkan kebenaran? Alasannya jelas bukan karena panik. Faktanya, bohong merupakan bagian normal dari perkembangan anak.
ALASAN KEBOHONGAN
Suatu saat jika batita Anda berbohong, pertimbangkan tiga fakta berikut ini.
“Jujur” atau “berbohong” tidak berarti baginya. Kedua konsep itu sangat sukar untuk dimengerti oleh anak umur ini. Menurut American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, sampai mereka berusia 7 atau 8 tahun, anak-anak tidak mengerti bahwa berbohong itu upaya nyata untuk memperdaya seseorang.
Batita adalah pengkhayal. Anak umur 2 dan 3 tahun hidup dalam dunia imajinasi, dan fantasi mereka tampak sangat hidup dan nyata –sehingga mereka sangat mempercayainya. Seorang anak yang terobsesi dengan anjing, mengatakan kepada seseorang di tempat penitipan anak bahwa dia mempunyai seekor anak anjing, padahal tidak benar. Dia betul-betul menyakinkan dirinya sendiri bahwa itu benar adanya.
Mereka menyenangkan hati orang. Ya, batita berbohong untuk menghindari hukuman, tapi mereka melakukan itu juga karena khawatir tentang apa yang akan Anda rasakan (“Mama bahagia jika saya baik - apakah mama akan kurang mencintaiku kalau mendapatiku berbuat hal yang tidak baik?”). Dalam kasus Jack yang membantah mencoret rumah boneka milik kakaknya, “Saya sangat yakin kalau dia berbohong karena tidak suka kakak perempuannya marah padanya –dan dia memang marah!” kata ibunya, Rachel.
BERKATA JUJUR
Untungnya, ada beberapa cara untuk mendapatkan jawaban jujur di luar imajinasi batita Anda. Cara ini dapat mendorongnya untuk lebih berterus terang di masa mendatang.
Jangan bertindak berlebihan.
Menghukum anak seumur ini karena berbohong tidak akan menolong apapun, kerena mereka tidak menyadari kalau telah melakukan hal yang salah, kata Betsy Brown Braun, penulis buku Just Tell Me What You Say: Sensible Tips and Scripts for Perlexed Parents. Kalau Anda bersikap terlalu keras, anak Anda mungkin akan takut mengakui kesalahannya di masa mendatang. Lebih baik biarkan dia mengakui dirinya tidak memecahkan mainan kakaknya, padahal dialah yang secara jelas melakukannya. Kemudian berbicaralah kepadanya betapa pentingnya menghormati barang milik orang lain.
Jangan bertanya kalau Anda sudah tahu jawabannya.
Bertanya, “Siapa yang menumpahkan jus ini?” ketika anak Anda adalah pelakunya hanya akan menempatkannya pada posisi untuk berbohong. Tapi susunlah pertanyaan dengan tenang, cara ingin tahu (seperti: “O, ada jus tumpah di atas meja, siapa yang akan membantuku membersihkannya?”) akan membuat anak lebih mudah berterus terang dan mengakui perbuatannya.
Jelaskan mengapa kejujuran itu penting
Meskipun anak Anda tidak bisa menerangkan perbedaan antara kebenaran dan kebohongan, tidak berarti Anda mengabaikan kebohongan yang diucapkannya suatu ketika. Jika batita Anda tidak mengakui telah menyentuh tempat kue, padahal ada sisa kue dibibirnya, misalnya, jelaskan padanya bahwa Anda lebih peduli dengan jawaban jujur daripada mempersoalkan kue yang hilang.
Bicarakan perbedaan fantasi dengan kenyataan
Anda tentu tidak ingin memadamkan imajinasi anak, khususnya sejak anak Anda sering menggunakan cerita-cerita aneh untuk mengatasi kekhawatiran dan ketakutan. Tapi kalau batita tetap bersikeras mengatakan seekor singa yang bertanggung jawab membuat robek celanan barunya, tunjukkan padanya nada skeptis Anda, “Cerita yang luar biasa! Pasti sangat menakutkan. Saya belum pernah melihat seekor singa pun dalam lingkungan kita. Apa kamu yakin itu yang terjadi?”
Pujilah anak karena telah jujur.
Ketika anak datang kepada Anda dengan pengakuan – misalnya, telah menonton televisi yang seharusnya tidak boleh di lakukan - puji kejujurannya sebelum mengingatkan batasan waktu menonton. Ketika batita Anda menyadari pentingnya kejujuran (dan merasa aman mengakui kesalahannya), dia akan terbiasa mengatakan kebenaran.
SIMULASI MOTORIK KASAR ANAK
1. Jalan
Sebelum orangtua memberikan stimulasi pada anak, pastikan anak sudah melalui perkembangan sebelumnya, seperti duduk, merangkak, dan berdiri. Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat/meloncat, berlari, berdiri satu kaki, menendang bola, dan lainnya. Berjalan seharusnya dikuasai saat anak berusia 1 tahun sementara berdiri dengan satu kaki dikuasai saat anak 2 tahun.
Untuk berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan adalah keseimbangan dalam hal berdiri. Ini berarti, si kecil tak hanya dituntut sekadar berdiri, namun juga berdiri dalam waktu yang lebih lama (ini berkaitan dengan lamanya otot bekerja, dalam hal ini otot kaki).
Bila perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik, anak akan mengalami gangguan keseimbangan. Si kecil jadi cenderung kurang pede dan ia pun selalu menghindari aktivitas yang melibatkan keseimbangan seperti main ayunan, seluncuran, dan lainnya. Sebaliknya, anak lebih memilih aktivitas pasif seperti membaca buku, main playstation, dan sebagainya.
Stimulasi :
Orangtua berdiri berjarak dengan anak sambil memegang mainan yang menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai. Minta anak untuk menginjak karpet/lantai. Misalnya, “Ayo Dek, injak gambar gajahnya!”
Mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa didorong-dorong juga bisa membantu anak belajar berjalan.
2. Lari
Perkembangan lari akan memengaruhi perkembangan lompat dan lempar serta kemampuan konsentrasi anak kelak, Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki-(heel strike/bertumpu pada tumit, toe off/telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada ujung-ujung jari kaki, swing/kaki berayun dan landing/setelah mengayun kaki menapak pada alas)dan motor planning (perencanaan gerak).
Lalu apa hubungan perkembangan lari dengan kemampuan konsentrasi? Begini, pada perencanaan gerak (salah satu syarat tugas perkembangan lari) dibutuhkan kemampuan otak untuk membuat perencanaan dan dilaksanakan oleh motorik dalam bentuk gerak yang terkoordinasi. Nah, kemampuan perencanaan gerak tingkat tinggi (seperti lari) akan memacu otak melatih konsentrasi.
Jika perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dalam keseimbangannya, seperti mudah capek dalam beraktivitas fisik, sulit berkonsentrasi, cenderung menghindari tugas-tugas yang melibatkan konsentrasi dan aktivitas yang melibatkan kemampuan mental seperti memasang pasel, tak mau mendengarkan saat guru bercerita (anak justru asyik ke mana-mana), dan lainnya.
Stimulasi :
Stimulasi lari bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan, sekitar usia 12 bulan ke atas. Aktivitasnya bisa berupa menendang bola, main sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2) serta naik turun tangga.
3. Lompat
Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak adalah keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi motorik dan motor planning (perencanaan gerak). Contoh, saat anak ingin melompati sebuah tali, ia harus sudah punya rencana apakah akan mendarat dengan satu kaki atau dua kaki. Kalaupun satu kaki, kaki mana yang akan digunakan.
Jika anak tidak kuat dalam perkembangan melompat, biasanya akan menghadapi kesulitan dalam sebuah perencanaan tugas yang terorganisasi.
Stimulasi:
Lompat di tempat atau di trampolin. Jangan lompat-lompat di tempat tidur karena meski melatih motorik namun “mengacaukan” kognitif. Dalam arti, mengajarkan perilaku atau mindset yang tidak baik pada anak. Karena seharusnya tempat tidur bukan tempat untuk melompat atau bermain.
Lompatan berjarak (gambarlah lingkaran-lingkaran dari kapur atau gunakan lingkaran holahop yang diatur sedemikian rupa letaknya). Minta anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut, gradasikan tingkat kesulitan dengan memperlebar jarak dan menggunakan kaki dua lalu satu secara bergantian.
4. Lempar
Pada fase ini yang berperan adalah sensori keseimbangan, rasa sendi (proprioseptif), serta visual. Peran yang paling utama adalah proprioseptif, bagaimana sendi merasakan suatu gerakan atau aktivitas. Umpama, pada saat anak melempar bola, seberapa kuat atau lemah lemparannya, supaya bola masuk ke dalam keranjang atau sasaran yang dituju.
Jika kemampuan melempar tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dengan aktivitas yang melibatkan gerak ekstrimitas atas (bahu, lengan bawah, tangan dan jari-jari tangan). Seperti, dalam hal menulis. Tulisannya akan tampak terlalu menekan sehingga ada beberapa anak yang tulisannya tembus kertas, atau malahan terlalu kurang menekan (tipis) atau antarhurufnya jarang-jarang (berjarak). Dalam permainan yang membutuhkan ketepatan sasaran pun, anak tidak mahir. Umpama, permainan dartboard. Aktivitas motorik halus lainnya juga terganggu semisal pakai kancing baju, menali sepatu, makan sendiri, meronce, main pasel, menyisir rambut, melempar sasaran, dan lain-lain. Intinya, stimulasi pada perkembangan ini yang tidak optimal berindikasi pada keterampilan motorik halus yang bermasalah.
Gangguan lain berkaitan dengan koordinasi, rasa sendi dan motor planning yang bermasalah. Contoh, ketika bola dilempar ke arah anak, ada dua kemungkinan respons anak, yaitu tangan menangkap terlambat sementara bola sudah sampai. Atau tangan melakukan gerak menangkap terlebih dahulu sementara bola belum sampai. Seharusnya, respons tangkap anak sesuai dengan stimulus datangnya bola dan anak bisa memprediksinya. Bila ada gangguan berarti anak bermasalah dalam sensori integrasinya. Sensori integrasi adalah mengintegrasikan gerak berdasarkan kemampuan dasar sensori anak. Tentunya ini dapat diatasi dengan terapi yang mengintegrasikan sensori-sensorinya.
Stimulasi:
Main lempar tangkap bola (gradasikan tingkat kesulitannya) yaitu posisi, besar bola, berat bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, duduk kaki seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan bahkan berdiri. Pada jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas, sejajar, atau lambungan dari bawah.
Main dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard yang khusus buat anak-anak (yang aman dan tidak tajam), seperti jenis dartboard yang terbuat dari papan velcrow dan anak panahnya diganti dengan bola yang bervelcrow.
FASE PERKEMBANGAN ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
Fase-fase perkembangan anak menurut para ahli pada prinsipnya sama, yaitu masa kanak-kanak, remaja dan dewasa, namun mengenai penjelasannya sangat beragam, berikut Erik Erikson menyebutkan macam-macam fase perkembangan anak :
Erik Erikson (1902 – 1994 : 1), tahap-tahap perkembangan manusia dari lahir sampai mati dipengaruhi oleh interaksi sosial dan budaya antara masyarakat terhadap perkembangan kepribadian. Perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara proses-proses maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan masyarakat dan kekuatan-kekuatan sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Erikson membahas perkembangan psikologis disepanjang kehidupan manusia dan bukan antar masa bayi dan remaja. Adapun Erikson membagi fase-fase perkembangan sebagai berikut:
1. Fase Bayi (0 – 1 tahun)
Bagi Erikson kegiatan bayi tidak terikat dengan mulut semata. Pada tahap ini bayi hanya memasukkan (incorporation), bukan hanya melalui mulut (menelan) akan tetapi juga bisa dari semua indera. Tahap sensori oral ditandai oleh dua jenis inkorporasi : mendapat (receiving) dan menerima (accepting). Tahun pertama kehidupannya, bayi memakai sebagian besar waktunya untuk makan, eliminasi (buang kotoran), dan tidur. Ketika ia menyadari ibu akan memberi makan/minum secara teratur, mereka belajar dan memperoleh kualitas ego atau identitas ego yang pertama, perasaan kepercayaan dasar (basic trust). Bayi harus mengalami rasa lapar, haus, nyeri, dan ketidaknyamanan lain, dan kemudian mengalami perbaikan atau hilangnya kondisi yang tidak menyenangkan itu. Dari peristiwa itu bayi akan belajar mengharap bahwa hal yang menyakitkan ke depan bisa berubah menjadi menyenangkan.
2. Fase Anak-Anak (1 – 3 tahun)
Dalam teori Erikson, anak memperoleh kepuasan bukan dari keberhasilan mengontrol alat-alat anus saja, tetapi juga dari keberhasilan mengontrol fungsi tubuh yang lain seperti urinasi, berjalan, melempar, memegang, dan sebagainya. Pada tahun kedua, penyesuaian psikososial terpusat pada otot anal-uretral (Anal-Urethral Muscular); anak belajar mengontrol tubuhnya, khususnya yang berhubungan dengan kebersihan. Pada tahap ini anak dihadapkan dengan budaya yang menghambat ekspresi diri serta hak dan kewajiban. Anak belajar untuk melakukan pembatasan-pembatasan dan kontrol diri dan menerima kontrol dari orang lain. Hasil mengatasi krisis otonomi versus malu-ragu adalah kekuatan dasar kemauan. Ini adalah permulaan dari kebebasan kemauan dan kekuatan kemauan (benar-benar hanya permulaan), yang menjadi wujud virtue kemauan di dalam egonya. Pada tahap ini pola komunikasi mengembangkan penilaian benar atau salah dari tingkah laku diri dan orang lain, disebut bijaksana (judicious), supay dengan sikap seperti itu anak pun akan merasa dihargai dengan sendirinya dan secara otomatis akan tumbuh kepercayaan dirinya ketika berinteraksi dengan yang lainnya.
3. Usia Bermain (3 – 6 tahun)
Pada tahap ini Erikson mementingkan perkembangan pada fase bermain, yakni ; identifikasi dengan orang tua (odipus kompleks), mengembangkan gerakan tubuh, ketrampilan bahasa, rasa ingin tahu, imajinasi, dan
kemampuan menentukan tujuan. Erikson mengakui gejala odipus muncul
sebagai dampak dari fase psikososeksual genital-locomotor, namun diberi makna yang berbeda. Menurutnya, situasi odipus adalah prototip dari kekuatan yang abadi dari kehidupan manusia. Aktivitas genital pada usia bermain diikuti dengan peningkatan fasilitas untuk bergerak. Inisiatif yang dipakai anak untuk memilih dan mengejar berbagai tujuan, seperti kawain dengan ibu/ayah, atau meninggalkan rumah, juga untuk menekan atau menunda suatu tujuan. Konflik antara inisiatif dengan berdosa menghasilkan kekuatan dasar (virtue) tujuan (purpose). Tahap ini dipenuhi dengan fantasi anak, menjadi ayah, ibu, menjadi karakter baik untuk mengalahkan penjahat.
4. Usia Sekolah (6 – 12 tahun)
Pada usia ini dunia sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga, anak bergaul dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada usia ini keingintahuan menjadi sangat kuat dan hal itu berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi berkemampuan (competence). Memendam insting seksual sangat penting karena akan membuat anak dapat memakai energinya untuk mempelajari teknologi dan budayanya serta interaksi sosialnya. Krisis psikososial pada tahap ini adalah antara ketekunan dengan perasaan inferior (industry – inveriority). Dari konflik antar ketekunan dengan inferiorita, anak mengembangkan kekuatan dasar kemampuan (competency). Di sekolah, anak banyak belajar tentang sistem, aturan, metoda yang membuat suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
5. Adolesen (12 – 20 tahun)
Tahap ini merupakan tahap yang paling penting diantara tahap perkembangan lainnya, karena orang harus mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik. Bagi Erikson, pubertas (puberty) penting bukan karena kemasakan seksual, tetapi karena pubertas memacu harapan peran dewasa pada masa yang akan datang. Pencarian identitas ego mencapai puncaknya pada fase ini, ketika remaja berjuang untuk menemukan siapa dirinya. Kekuatan dasar yang muncul dari krisis identitas pada tahap adolesen adalah kesetiaan (fidelity); yaitu setia dalam beberapa pandangan idiologi atau visi masa depan. Memilih dan memiliki idiologi akan memberi pola umum kehidupan diri, bagaimana berpakaian, pilihan musik dan buku bacaan, dan pengaturan waktu sehari-hari.
6. Dewasa Awal (20 – 30 tahun)
Pengalaman adolesen dalam mencari identitas dibutuhkan oleh dewasa-awal. Perkembangan psikoseksual tahap ini disebut perkelaminan (genitality). Keakraban (intimacy) adalah kemampuan untuk menyatukan identitas diri dengan identitas orang lain tanpa ketakutan kehilangan identitas diri itu. Cinta adalah kesetiaan yang masak sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita. Cinta selain di samping bermuatan intimasi juga membutuhkan sedikit isolasi, karena masing-masing partner tetap boleh memiliki identitas yang terpisah. Ritualisasi pada tahap ini adalah Afiliasi, refleksi dari kenyataan adanya cinta, mempertahankan persahabatan, ikatan kerja.
7. Dewasa (30 – 65 tahun)
Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri di masyarakat dan ikut bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari masyarakat. Kualitas sintonik tahap dewasa adalah generativita, yaitu penurunan kehidupan baru, serta produk dan ide baru. Kepedulian (care) adalah perluasan komitmen untuk merawat orang lain, merawat produk dan ide yang membutuhkan perhatian. Kepedulian membutuhkan semua kekuatan dasar ego sebelumnya sebagai kekuatan dasar orang dewasa. Generasional adalah interaksi antara orang dewasa dengan generasi penerusnya bisa berupa pemberian hadiah atau sanjungan, sedangkan otoritisme mengandung pemaksaan. Orang dewasa dengan kekuatan dan kekuasaannya memaksa aturan, moral, dan kemauan pribadi dalam interaksi.
8. Usia Tua (> 65 tahun)
Menjadi tua sudah tidak menghasilkan keturunan, tetapi masih produktif dan kreatif dalam hal lain, misalnya memberi perhatian/merawat generasi penerus cucu dan remaja pada umumnya. Tahap terakhir dari psikoseksual adalah generalisasi sensualitas (Generalized Sensuality): kenikmatan dari berbagai sensasi fisik, penglihatan, pendengaran, kecapan, bau, dan juga stimulasi genital. Banyak terjadi pada krisis psikososial terakhir ini, kualitas distonik “putus asa” yang menang. Orang dengan kebijaksanaan matang, tetap untuk integritasnya ketika kemampuan fisik dan mentalnya menurun. Pada tahap usia tua, ritualisasinya adalah integral; ungkapan kebijaksanaan dan pemahaman makna kehidupan. Interaksi yang tidak mementingkan keinginan dan kebutuhan duniawi.
Langganan:
Postingan (Atom)